China Bikin Senator AS Ketakutan, Gara-Gara Teknologi Prajurit Super

8 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia — China diketahui sebagai lawan berat Amerika Serikat (AS) dalam berbagai sektor. Terbaru, seorang senator Demokrat AS Mark Warner mengingatkan soal kekuatan teknologi baru China.

Dia menyebut sebuah perusahaan bernama Beijing Genomics Institute (BGI), yang disebutnya secara skala bisa melampaui raksasa teknologi Huawei. "Jika Huawei saja sudah besar, BGI pasti akan lebih besar lagi," jelasnya, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (7/12/2025).

BGI bergerak di bidang genomik yang berawal dari entitas riset bernama Beijing Genomics Institute. Awalnya perusahaan bekerja untuk proyek genom nasional, yang kemudian dikembangkan secara komersial.

Perusahaan bekerja untuk mengumpulkan DNA, baik di China maupun luar negeri. Pemrosesan data genetik itu dilakukan untuk beberapa tempat, dari rumah sakit, perusahaan farmasi, dan peneliti di puluhan negara.

Mereka menjual berbagai layanan, dari pengurutan DNA, tes prenatal, skrining kanker dan analisis genetik, populasi skala besar.

Dengan pekerjaannya itu, BGI jadi ancaman baru bagi AS. Pejabat intelijen setempat yakin bahwa BGI memiliki akses ke salah satu koleksi data genetik terbesar dunia, sementara anggota parlemen mengingatkan data genetik bukan hanya soal informasi medis.

Laporan Washington Post mencatat data genetik ini bisa jadi aset strategis. Misalnya mengungkapkan leluhur, ciri fisik, risiko penyakit, dan hubungan keluarga.

Selain itu, data genetik dapat digunakan pula untuk cara pengawasan, pelacakan dan penelitian biologi jangka panjang. Pada akhirnya bermuara pada masalah keamanan nasional.

Ketakutan terbesar soal BGI dan bioteknologi China adalah kemungkinan adanya tentara super, yang berasal dari modifikasi secara genetik. John Ratcliffe saat menjabat sebagai Direktur Intelijen Nasional tahun 2020 pernah mengungkapkan China tengah melakukan penelitian yang mencakup pengumpulan DNA populasi, basis data militer, dan pemodelan kinerja manusia berbasis AI.

Warner juga menyinggung ketakutan itu. Kisah BGI dia samakan dengan saat Huawei memproduksi barang bagus dengan harga murah sebelum pesaingnya siap.

"Kembali ke masa delapan atau sembilan tahun lalu dan kebanyakan orang belum pernah dengar soal Huawei," jelasnya.

Warner juga menilai aparat intelijen AS lambat mengenali ancaman bioteknologi. Mereka disebut tidak memiliki perhatian khusus pada teknologi komersial, dibandingkan pada pemerintah dan militer asing.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |