Natuna, CNBC Indonesia — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa kedua proyek minyak dan gas bumi (migas) yang diresmikan kemarin, Jumat (16/5/2025), oleh Presiden RI Prabowo Subianto menelan investasi US$ 600 juta setara Rp 9,87 triliun (asumsi kurs Rp 16.454 per US$).
Kedua proyek tersebut adalah Lapangan Forel-Bronang dan Lapangan Terubuk, lepas pantai (offshore) Laut Natuna, Kepulauan Riau dikelola oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd. Medco sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi migas swasta asal Indonesia.
Bahlil mengatakan bahwa proyek yang terletak sejauh 60 mil dari daratan tersebut juga menciptakan lapangan kerja hingga 2.300 orang pada masa konstruksi.
"Total investasi kurang lebih sekitar US$ 600 juta dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar 2.300 orang pada masa konstruksi," jelasnya saat peresmian kedua proyek migas tersebut di Laut Natuna, Jumat (16/5/2025).
Adapun, dia mengungkapkan bahwa kedua lapangan migas yang menjadi lapangan migas terjauh di Indonesia tersebut memiliki nilai strategis lantaran kapal FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) untuk proyek tersebut menggunakan 100% tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
"Proyek ini mempunyai nilai strategis karena yang memiliki adalah anak kandung Republik Indonesia, pekerjanya juga semua anak-anak negara Republik Indonesia, termasuk kapal FPSO-nya, pertama juga adalah buatan 100% TKDN Indonesia. Jadi, semuanya adalah anak-anak dari Republik," tambahnya.
Bahlil menyebutkan, produksi dari kedua lapangan tersebut diyakini bisa mendorong tercapainya target lifting migas dalam negeri pada tahun 2030 mendatang.
"Sebagai laporan tambahan, bahwa selain 20 ribu barel per hari, ada juga produksi gas sebesar 60 MMSCFD dari blok ini," tandasnya.
Lapangan Forel dan Lapangan Terubuk terletak di PSC South Natuna Sea Block B, lepas pantai (offshore) Laut Natuna, Kepulauan Riau.
Khusus Lapangan Forel, memiliki kapasitas produksi minyak hingga 10.000 bph dan berpotensi mencapai 13.500 bph.
Proyeknya itu sendiri, mencakup pembangunan FPSO Marlin Natuna, pengembangan 2 platform, serta 7 sumur.
Adapun Lapangan Forel sudah berproduksi sejak 12 Mei 2025 lalu dan melibatkan hingga 1.500 tenaga kerja.
Total investasi Lapangan Forel tercatat mencapai US$ 282 juta setara Rp 4,64 triliun. Detailnya, investasi untuk fasilitas mencapai US$ 135 juta setara Rp 2,22 dan investasi sumur mencapai US$ 147 juta setara Rp 2,42 triliun.
Sementara itu Lapangan Terubuk terdiri dari dua fasilitas yakni Terubuk L (WHP-L) dan Terubuk M (WHP-M). Lapangan tersebut sudah berhasil melakukan produksi pertamanya sejak 24 April 2025 sebesar 4.000 bph. Lapangan Terubuk M ditargetkan bisa memulai produksi pertamanya pada Oktober 2026 mendatang.
Potensi keseluruhan produksi minyak dari Lapangan Terubuk tersebut ditaksir akan mencapai 6.500 bph. Selain itu ada pula potensi produksi gas yang mencapai 60 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Proyek Lapangan Terubuk tercatat melibatkan lebih dari 650 tenaga kerja dengan total investasi sebesar US$ 326 juta setara Rp 5,36 triliun. Dari total investasi tersebut, sebanyak US$ 182 juta setara Rp 2,99 triliun digunakan untuk investasi fasilitas dan sebesar US$ 144 juta setara Rp 2,37 triliun digunakan untuk investasi sumur.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Resmikan Lapangan Migas Rp 9, 8 T
Next Article Siap-Siap 2 Ladang Minyak di Natuna Segera Nyembur