Fenomena Baru di Korea: Orang Kaya Berlomba-Lomba Jadi Miskin

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Media sosial Korea Selatan tengah diramaikan tren kontroversial yang membuat publik geram. Dijuluki "poverty challenge", tren ini menampilkan orang-orang kaya yang secara ironis mengaku hidup miskin sambil memamerkan gaya hidup super mewah.

Dalam unggahan-unggahan tersebut, para pengguna memamerkan mobil sport mahal, barang desainer, penerbangan first class, hingga rumah penuh karya seni, lalu menuliskan keterangan seperti "kemiskinan yang tak tertahankan" atau "hidup miskin yang melelahkan."

Beberapa contoh yang viral di antaranya mi instan yang dimakan di kabin first class pesawat, disebut sebagai simbol "kemiskinan parah." Selain itu ada stroller bayi Dior seharga 15 juta won (sekitar Rp130 juta) yang diklaim membuat keluarga bangkrut.

Belum lagi foto dari balik kemudi mobil sport mewah dengan jam tangan desainer di pergelangan tangan, disertai keluhan "tak punya uang untuk beli bensin." Ruang tamu luas penuh lukisan mahal dengan caption, "Yang kupunya hanya beberapa lukisan dan seekor anjing" juga viral di medsos Korea.

Alih-alih dianggap lucu, tren ini justru menuai kecaman luas. Banyak warganet menilai penggunaan istilah miskin sebagai bahan candaan telah melewati batas.

"Pamer kekayaan saja sudah cukup, tidak perlu menyebutnya sebagai kemiskinan," tulis salah satu komentar yang viral dikutip dari Korea Herald, Senin (29/12/2025). Pengguna lain menyebut tren ini menunjukkan ketidakpekaan terhadap realitas kesulitan ekonomi yang dialami jutaan orang.

Kontroversi ini juga memunculkan kembali rujukan pada cerpen legendaris karya Park Wan-suh tahun 1975 berjudul Stolen Poverty, yang mengkritik bagaimana kelompok kaya meminjam konsep kemiskinan sebagai narasi estetika atau gaya hidup. Perbandingan ini dianggap relevan karena banyak peserta tren "poverty challenge" berasal dari kelompok berpenghasilan tinggi seperti dokter dan pengacara.

Para kritikus menilai tren tersebut telah mereduksi kemiskinan menjadi hiburan, mengabaikan penderitaan emosional dan fisik yang nyata dialami mereka yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan.

"Unggahan-unggahan ini terasa seperti ejekan, bukan humor," tulis salah satu pengguna.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |