Harga Mobil Listrik Bakal Murah Berkat Temuan Baterai Baru

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ilmuwan mengumumkan terobosan baru dalam teknologi baterai yang berpotensi meningkatkan keamanan kendaraan listrik (EV).

Temuan ini lahir dari pengembangan baterai natrium-ion (Na-ion) berbasis solid-state, yang disebut dapat menjadi alternatif lebih aman dan lebih murah dibanding baterai lithium-ion (Li-ion) yang mendominasi pasar saat ini.

Dalam dua studi yang dipublikasikan di jurnal Advanced Materials (19 Mei) dan Advanced Functional Materials (15 Agustus), para peneliti memaparkan inovasi material solid baru yang mampu meningkatkan stabilitas dan kinerja baterai Na-ion.

Mengutip Live Science, material ini mengandung sulfur dan klorin, yang memungkinkan konduktivitas menyerupai elektrolit cair namun dengan tingkat keamanan jauh lebih tinggi.

Selama ini baterai Li-ion menjadi teknologi utama untuk perangkat elektronik dan kendaraan listrik. Namun, baterai jenis ini memiliki risiko mengalami thermal runaway, yaitu peningkatan panas ekstrem akibat korsleting atau kerusakan fisik yang dapat memicu kebakaran atau ledakan. Risiko tersebut diperburuk oleh penggunaan elektrolit cair organik yang sangat mudah terbakar.

Baterai Na-ion dianggap lebih aman karena menggunakan material katoda yang lebih stabil dan memiliki potensi elektrokimia yang lebih rendah dibanding lithium, sehingga lebih kecil kemungkinan mengalami kegagalan termal.

Namun tantanganya, baterai Na-ion memiliki kepadatan energi lebih rendah dan cenderung mengalami degradasi lebih cepat, sehingga masa pakainya lebih singkat.

Penelitian terbaru ini disebut mampu menjawab sebagian persoalan tersebut. Baterai prototipe yang diuji menunjukkan efisiensi Coulombic 99,26% setelah 600 siklus pengisian pada 0,1C, mendekati standar baterai lithium komersial.

Para peneliti juga memanfaatkan fasilitas Canadian Light Source untuk menganalisis pergerakan ion dalam elektrolit solid yang mereka kembangkan, memperkuat validasi hasil studi.

"Kami mengganti elektrolit cair dalam baterai menjadi elektrolit solid-state yang tidak mudah terbakar," ujar Yang Zhao, profesor dari Western University, dalam sebuah video penjelasan.

Ia menambahkan bahwa teknologi sinar-X tingkat lanjut sangat penting untuk memahami struktur kimiawi material baterai solid-state.

Penemuan ini dapat berdampak signifikan, mengingat sekitar 90% permintaan baterai Li-ion saat ini berasal dari sektor energi, menurut data International Energy Agency (IEA).

Natrium yang jauh lebih melimpah dibanding lithium juga dapat menekan biaya produksi dan rantai pasok. Selain itu, baterai Na-ion lebih mudah didaur ulang karena tidak mengandung logam berat dan memiliki lebih sedikit material berbahaya.

Beberapa produsen besar sudah bergerak cepat. Pada April lalu, raksasa baterai CATL mengumumkan produksi massal baterai Na-ion berbasis platform "Naxtra", yang diperkirakan bakal digunakan pada mobil mulai 2026. BYD juga tengah mengembangkan baterai Na-ion untuk kebutuhan penyimpanan energi skala jaringan.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |