Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) Maruarar Sirait mengungkapkan bahwa rencana perubahan draft rumah subsidi dengan luas bangunan minimal 18 m2 masih berlanjut. Saat ini Ia sedang mendengarkan tanggapan dari berbagai pihak untuk mewujudkan rumah ini.
Salah satu pertimbangan membuat konsep perumahan seperti ini ialah kebutuhan lokasi yang ingin dekat kota, namun karena harga tanah semakin mahal maka opsinya membuat rumah dengan luas bangunan lebih kecil.
"Ini belum masuk skema FLPP, ini baru draft. Draft berbeda dengan sosialisasi, saya pilih menyebarkan biar dapat kritik, gak apa-apa, ngapain saya terusin kalau banyak milenial ngga setuju? Makanya saya dengar input milenial, ngga apa-apa di bawah 60 m2 yang penting layak huni, dekat transportasi umum. Saya akan coba lanjutkan, tapi ini belum jadi keputusan," kata Ara di Plaza Semanggi, Kamis (12/6/2025).
Ketika ditanya apakah rumah subsidi 18m2 ini bisa dibangun di Jakarta, Ara menanyakan kepada pengembang. Respon beberapa pengembang seperti terlihat sulit mewujudkan di Jakarta karena masalah harga tanah yang terlampau sangat mahal, namun untuk wilayah kota lain masih masuk.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
"Saya ngga janji tapi pingin, kalau bisa dibikin Jakarta bagus banget pak," ujar Ara.
Lebih lanjut Ia menegaskan bahwa luasan rumah bukan menjadi satu-satunya pertimbangan rumah tersebut layak, melainkan ada banyak variabel lain.
"Luas salah satu variabel, tapi bukan yang utama dan satu-satunya. Saya bisa tunjukkan bahwa banyak rumah dengan luas 60m2 yang ngga bagus seperti banjir, retak dan-lain," kata Ara.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Menteri Ara Tegaskan Beli Rumah Subsidi Maksimal Gaji Rp14 Juta