IHSG dan Rupiah Hadapi "Bear Killer" Oktober di Tengah Gejolak Dunia

3 weeks ago 19
  • Pasar keuangan Indonesia kompak melesat, IHSG dan rupiah menguat
  • Wall Street melanjutkan pesta dengan mencetak rekor tertinggi
  • Data ekonomi dalam negeri dan luar negeri serta dampak shutdown akan menggerakkan pasar keuangan hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air akhirnya kompak melesat bersama. Baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berada di zona hijau. Optimisme pasar telah kembali ke pasar saham usai penurunan dua hari pada perdagangan sebelumnya.

Melihat penutupan perdagangan IHSG pada perdagangan kemarin, diperkirakan IHSG akan cenderung melemah di hari terakhir pekan perdagangan, sementara rupiah berpeluang kembali menguat.

Masih terdapat beberapa rilis data ekonomi yang dapat mendorong volatilitas perdagangan. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (2/10/2025) ditutup menguat 0,34% di level 8.071,08. Penguatan ini berhasil mematahkan tren penurunan IHSG selama dua hari beruntun.

Sebanyak 339 saham naik, 356 turun, dan 261 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 26,52 triliun, melibatkan 41,94 miliar saham dalam 2,59 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, properti, teknologi, dan industri menjadi sektor yang naik paling kencang. Properti naik 2,51%, teknologi 1,69%, dan industri 1,01%.

Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penggerak utama dengan kontribusi 8,02 indeks poin. TLKM mencatat kenaikan 2,29% ke level 3.130.

Kemudian PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menyumbang 6,55 indeks poin. MLPT naik 9,9% ke level 163.000.

Pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin selaras dengan pasar Asia-Pasifik. Kospi di Korea Selatan naik 3% dan menyentuh rekor harga tertinggi sepanjang masa, ditopang oleh Samsung dan SK Hynix. Kosdaq naik 1,05% ke level 854,25.

Di Jepang, Nikkei naik 0,87% ke level 44.936,73, sedangkan Topix turun 0,24% menjadi 3.087,4.

Adapun pergerakan positif IHSG seiring dengan banyak kabar positif baik dari dalam dan luar negeri mampu mendorong investor asing kembali ke emerging market salah satunya Indonesia.

Sejumlah kabar lain yang ikut menjadi sentimen perdagangan hari ini termasuk aktivitas manufaktur dan inflasi RI hingga shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).

Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.

Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya tekanan inflasi pada September 2025 sebesar 0,21% dari bulan sebelumnya deflasi 0,08%.

Tekanan harga pada bulan itu utamanya disebabkan kenaikan harga untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%.

Lalu Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.

Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020.

Surplus US$ 5,49 miliar artinya neraca perdagangan Indonesia telah surplus 64 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus pada Agustus ini ditopang oleh surplus nonmigas US$ 7,15 miliar.

Adapun dari ranah global, pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.

Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.

Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (2/10/2025) kembali menguat ke posisi Rp16.580/US$1 atau terapresiasi 0,12%. Penguatan ini menjadi penguatan rupiah terhadap dolar AS selama lima hari beruntun. Dan berhasil mendorong rupiah keluar dari zona psikologis Rp16.600/US$1.

Indeks dolar AS yang terus mengalami pelemahan menjadi faktor utama pada laju penguatan rupiah pada pergerakan kemarin.

Greenback masih menghadapi tekanan seiring dengan terjadinya penutupan pemerintahan AS sejak 1 Oktober 2025 dan belum ada kepastian sampai kapan shutdown ini akan berlangsung.

Kebuntuan politik antara presiden AS Donald Trump dan oposisi Demokrat terkait anggaran fiskal 2026 membuat sentimen pasar kian khawatir akan prospek perekonomian AS kedepannya.

Selain itu, pelaku pasar juga mulai meningkatkan ekspektasi nya bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya dengan memangkas suku bunga nya hingga 50 basis poin sampai akhir tahun ini.

Ekspektasi ini diperkuat oleh laporan terbaru ADP yang menunjukkan adanya pemangkasan tenaga kerja di sektor swasta AS sebesar 30 ribu tenaga kerja, yang menandakan pelemahan pasar tenaga kerja AS yang kian berlanjut.

Dengan pelemahan indeks dolar AS yang terus berlanjut, membuat angin segar bagi penguatan mata uang emerging markets termasuk rupiah garuda.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (2/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 0,06% di level 6,2231%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
| | | |