IHSG Turun 0,4% di Sesi I, Saham Prajogo Masih Koreksi

3 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengulang pola yang sama dengan perdangangan kemarin. Pada sesi I hari ini, Rabu (15/10/2025), indeks ditutup di zona merah. 

IHSG turun 0,4% ke level 8.034,65. Padahal pagi tadi indeks dibuka menguat 0,51%. 

Siang ini sebanyak 467 saham turun, 245 naik, dan 244 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 14,6 triliun, melibatkan 19,16 miliar saham dalam 1,62 juta kali transaksi. 

Mengutip Refinitiv, sektor teknologi menjadi pemberat utama dengan koreksi -1,8%. Lalu utilitas dan bahan baku turun -1,77% dan -1,26%. 

Sejumlah saham konglomerat masih mendapat tekanan hari ini. Multipolar Technology milik Grup Lippo turun 9,55% dan berkontribusi -8,14 indeks poin terhadap penurunan IHSG. 

Selain itu saham Prajogo juga masih melanjutkan koreksi dan menjadi beban bagi IHSG. Barito Renewables Energy (BREN), Barito Pacific (BRPT), dan Chandra Asri Pasific (TPIA) kompak masuk dalam 10 saham pemberat utama IHSG. 

Sementara itu, BBRI menjadi beban terbesar dengan kontribusi -8.26 indeks poin. 

Selain emiten Prajogo, dua emiten Haji Isam, yakni Jhonlin Agro Raya (JARR) dan Pradiksi Gunatama (PGUN) juga menjadi beban indeks. Kedua saham turun signifikan setelah sebelumnya melaju ribuan persen dalam enam bulan terakhir.

Adapun sentimen pasar global tengah bergejolak diwarnai kombinasi antara kebijakan proteksionisme baru Amerika Serikat (AS), rilis proyeksi ekonomi terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF), Pidato Ketua The Fed, serta ekspektasi terhadap inflasi China yang menjadi cerminan kekuatan permintaan global.

Ketiganya akan menjadi penentu arah pasar keuangan dunia, termasuk bagi rupiah dan IHSG dalam beberapa hari mendatang. Dari dalam negeri, rencana insentif pajak diharapkan ikut menopang pergerakan IHSG hari ini.

Ketua Federal Reserve Jerome (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat sudah mendekati tahap di mana mereka akan menghentikan pengurangan kepemilikan obligasi (balance sheet runoff). Namun, dia tidak memberikan petunjuk jangka panjang mengenai arah suku bunga ke depan.

Powell juga memberikan sinyal halus bahwa penurunan suku bunga tambahan kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu dekat.

Meskipun isu mengenai neraca keuangan (balance sheet) sering dianggap sebagai detail teknis dalam kebijakan moneter, Powell menegaskan bahwa hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pasar keuangan.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article IHSG Anjlok, Asing Kompak Lego Rp 2 Triliun Lebih Saham Big Banks

Read Entire Article
| | | |