Israel Tembak Kapal Perang AS, 34 Tentara Tewas Salah Sasaran

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan Israel selama ini dikenal sebagai sekutu. Dalam aksi genosida yang dilancarkan Israel ke Palestina, AS menjadi salah satu pendukung garis depan dengan memasok senjata perang.

Kendati demikian, hubungan mesra AS dan Israel ternyata pernah mengalami guncangan pada 1967 silam. Kala itu, tepatnya pada 8 Juni 1967, kapal perang USS Liberty milik AS diserang secara brutal oleh Israel di perairan internasional dekat Semenanjung Sinai.

Mulanya USS Liberty berlayar dengan tenang, hingga akhirnya suasana berubah sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Alarm kapal mendadak berbunyi nyaring yang menandakan kondisi bahaya.

Kapten kapal, William L. McGonagle, segera menuju layar radar. Di sana, dia melihat sejumlah titik muncul bergerak cepat menuju kapal. Dari ketinggian dan jarak yang terpantau, titik tersebut diidentifikasi sebagai pesawat tempur yang terbang sekitar 5.000 kaki dan berada dua mil dari posisi Liberty.

Menyadari potensi ancaman, McGonagle langsung melaporkan situasi tersebut kepada Laksamana William Martin di Armada Keenam Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun, sebelum sempat menerima respons, dua pesawat tersebut menurunkan ketinggian dan langsung melepaskan tembakan ke arah Liberty.

Serangan mendadak itu menewaskan sembilan awak kapal dan melukai lebih dari 70 lainnya, termasuk Kapten McGonagle yang terkena peluru di lengan dan paha.

Menyangka serangan berasal dari militer Mesir, McGonagle memerintahkan anak buahnya untuk membalas tembakan. Aksi tembak-menembak pun terjadi di tengah laut. Situasi pun makin panas.

Tak berselang lama, beberapa kapal torpedo mendekat dan ikut menyerang. Salah satu tembakan meriam mereka menghantam bagian kapal. Lalu lima torpedo lain dilepaskan. Satu di antaranya membuat ledakan besar.

Ledakan itu menewaskan 25 awak kapal. Jadi, total awak tewas mencapai 34 prajurit. William D. Gerhard dalam Attack on the USS Liberty (2009) menyebut, mayoritas korban selamat juga mengalami luka bakar parah imbas ledakan. Kapal Liberty sendiri berada di ambang kehancuran dan nyaris tenggelam.

Di tengah kekacauan, pihak penyerang tiba-tiba terlihat tampak ragu. Mereka yang awalnya meyakini telah menargetkan musuh mulai merasakan kejanggalan. Sebab, kapal yang diserang tidak memberikan perlawanan berarti.

Beberapa menit kemudian, ketika salah satu sekoci penyelamat USS Liberty berhasil mereka dekati, terlihat jelas lambang resmi Angkatan Laut AS.

Saat itulah kesalahan besar terungkap. Ternyata kapal yang diduga musuh itu adalah milih Angkatan Laut AS dan serangan tersebut ternyata dilakukan oleh sekutu dekat, yakni Israel.

Kesalahan Fatal Israel

Dalam penceritaan James M. Ennes dalam Assault on the Libery (1987), ketika hari kejadian, tensi dunia Arab sedang meningkat imbas pertempuran antara Israel dan negara-negara Arab. Dalam pertempuran yang dikenal sebagai Perang Enam Hari, AS memang tak terlibat. Tapi, mereka merasa penting mengumpulkan data intelijen.

Pentagon lantas mengirim USS Liberty sebagai kapal intelijen. Misi itu dijalankan secara diam-diam. USS Liberty berlayar sendirian tanpa pengawalan kapal tempur, tanpa identitas jelas, dan tanpa mengibarkan bendera AS. Bahkan, keberadaannya tidak diinformasikan kepada negara lain, termasuk ke Israel.

Keputusan untuk merahasiakan kehadiran kapal ini kelak menjadi awal petaka. Di hari-hari awal perang, Israel telah mencurigai kapal asing yang bergerak tanpa identitas di perairan internasional. Saat itu, perairan internasional sudah ditutup. Praktis, satu kapal yang bergerak tanpa identitas menarik perhatian militer.

Militer Israel tidak mengetahui bahwa kapal tersebut adalah bagian dari operasi militer AS. Kecurigaan itu makin menguat saat 8 Juni 1967, Israel menerima laporan tentang adanya serangan terhadap pasukannya.

Mereka menduga serangan itu berasal dari kapal perang. Melihat adanya kapal asing yang selama ini mereka curigai, militer Israel kemudian menganggap kapal itu sebagai milik Mesir, musuh mereka dalam perang.

Serangan pun dilakukan. Tanpa disadari bahwa kapal tersebut ternyata adalah milik Angkatan Laut Amerika Serikat.

Begitu AS mengetahui bahwa kapal USS Liberty diserang, reaksi keras langsung muncul dari Washington. Pemerintah AS awalnya mengira serangan dilakukan militer Rusia. Namun, setelah terkonfirmasi, serangan dilakukan oleh sekutu sendiri. Kemarahan pun muncul.

Israel lalu mengakui kesalahan dan menawarkan kompensasi sebesar US$12 juta untuk keluarga para korban.

Meskipun Presiden Lyndon B. Johnson (1963-1969) menerima permintaan maaf dan tawaran kompensasi tersebut, kasus ini meninggalkan luka mendalam. Banyak pihak, termasuk keluarga korban, merasa bahwa pemerintah AS tidak cukup tegas terhadap Israel. Sebab, tragedi USS Liberty merupakan serangan pertama terhadap kapal militer AS setelah Perang Dunia II (1939-1945).


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Israel Salah Sasaran, Malah Tembak Kapal Perang AS-34 Tentara Tewas

Read Entire Article
| | | |