Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus membanjiri industri Tanah Air. Hingga awal Mei 2025, jumlah pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia tercatat mencapai sekitar 24.036 orang, berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker). Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
PHK paling banyak terjadi di sektor-sektor industri pengolahan yang mencapai 16.801 pekerja, perdagangan besar dan eceran sebanyak 3.622 pekerja, dan aktivitas jasa lainnya mencapai 2.012 pekerja.
Karyawan yang terkena PHK di Indonesia umumnya berhak mendapatkan pesangon, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan aturan turunannya (PP No. 35 Tahun 2021).
Akan tetapi tidak semua yang terkena PHK mendapatkan pesangon penuh. Besar kecilnya pesangon tergantung alasan PHK seperti PHK karena efisiensi, perusahaan tutup, atau force majeure yang biasanya mendapat 50-100% dari ketentuan pesangon. Adapula PHK karena pelanggaran berat atau mengundurkan diri sendiri yang biasanya tidak mendapat pesangon, hanya Uang Penggantian Hak.
Mengelola dana pesangon PHK dengan bijak sangat penting untuk menjaga kestabilan keuangan selama masa transisi dan mempersiapkan masa depan.
Mengelola dana pesangon PHK untuk investasi adalah langkah cerdas, asalkan kebutuhan pokok dan darurat sudah aman. Tujuannya adalah agar uang tidak habis begitu saja, dan justru berkembang secara bijak.
Namun, ada beberapa langkah untuk mengelola dana pesangon PHK untuk investasi.
Untuk memilih saham yang cocok di investasikan dari dana pesangon PHK, terdapat beberapa kriteria penting dimana sahamnya cukup likuid, memiliki imbal hasil yang baik dalam 5 tahun terakhir, mencatatkan pertumbuhan laba yang baik dalam 5 tahun terakhir, dan rutin dalam membagikan dividen setidaknya dalam 5 tahun terakhir.
Berikut catatan CNBC Indonesia Research 10 saham yang cocok untuk diinvestasikan dari dana pesangon PHK.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)