Jurus Pajak Purbaya di Tengah Amukan Trump, Bisa Redam Badai?

3 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah ambruk
  • Wall Street bergerak beragam di tengah isu panas hubungan China-AS
  • Memanasnya perang dagang, pidato Powell dan rencana stimulus dalam negeri sakan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia kembali bergejolak pada perdagangan Selasa (14/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam hampir 2%, sementara rupiah melanjutkan pelemahannya di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed).

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergejolak pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (14/10/2025) ditutup melemah 1,96% ke posisi 8.066,52, menghapus kenaikan dua hari beruntun dan menjadi penurunan harian terdalam sejak Juli 2025.

Nilai transaksi mencapai Rp25,4 triliun dengan kapitalisasi pasar susut menjadi Rp14.732 triliun.

Sebanyak 583 daham melemah, 84 stagnan sementara 138 menguat. Volume transaksi mencapai 48,3 miliar dengan nilai Rp 32 triliun. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 1,36 triliun.

Aksi jual besar-besaran melanda saham-saham berkapitalisasi jumbo, terutama di sektor energi, perbankan, dan infrastruktur. Saham Grup Prajogo Pangestu seperti Barito Pacific (BRPT), Chandra Asri (TPIA), dan Barito Renewables (BREN) menjadi pemberat utama bersama saham-saham bank besar BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI yang kompak terkoreksi.

Pelemahan IHSG terjadi seiring meningkatnya aversi risiko investor global setelah tensi antara AS dan China kembali memanas. Sentimen negatif datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% terhadap produk logam tanah jarang (rare earth) dari China.

Kebijakan tersebut memicu aksi jual di bursa Asia dan memperburuk tekanan terhadap pasar domestik. Selain faktor eksternal, aksi profit taking juga tak terhindarkan setelah IHSG sempat mencetak rekor harga tertinggi baru di pekan sebelumnya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis 0,09% ke Rp16.570 per dolar AS, meski sempat menyentuh level terendah harian di Rp16.590 per dolar AS.

Penguatan indeks dolar (DXY) ke posisi 99,446 turut menekan rupiah di tengah meningkatnya permintaan aset safe haven.

Pasar menahan diri menjelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang akan berlangsung dini hari nanti waktu Indonesia. Investor menantikan arah kebijakan moneter AS di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi akibat penurunan belanja konsumen dan berlanjutnya government shutdown parsial di Washington.

Ekspektasi pasar saat ini menunjukkan peluang besar bagi The Fed untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir Oktober mendatang.

Namun, sebagian pelaku pasar juga memperkirakan pemangkasan tambahan pada Desember, seiring dengan lemahnya data manufaktur dan ketidakpastian fiskal di AS. Di sisi lain, Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mempertahankan kebijakan stabilisasi nilai tukar melalui intervensi ganda sambil menunggu kepastian arah moneter global.

Dari pasar Surat Berharga Negara, imbal hasil SBN melandai ke 6,06% atau terendah sejak Januari 2021 atau empat tahun lebih. Imbal hasil yang melandai menanda harga SBN yang tengah naik karena diburu investor.

Pages

Read Entire Article
| | | |