Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi mengungkap bahwa anak pra-remaja yang sering menggunakan media sosial cenderung memiliki kemampuan membaca, kosa kata, dan daya ingat yang lebih buruk dibandingkan mereka yang jarang atau tidak menggunakan media sosial sama sekali.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah JAMA ini menunjukkan adanya hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dan penurunan fungsi kognitif pada remaja awal.
"Temuan ini menegaskan apa yang banyak kita dengar dari sekolah-sekolah di seluruh negeri. Anak-anak semakin kesulitan untuk fokus dan belajar sebaik dulu, mungkin karena media sosial telah mengubah cara mereka memproses informasi," kata psikolog Mitch Prinstein dari University of North Carolina at Chapel Hill, yang tidak terlibat dalam penelitian, dikutip dari NPR, Rabu (15/10/2025).
Penulis studi, Jason Nagata, dokter anak dari University of California, San Francisco, menegaskan pentingnya memahami dampak media sosial terhadap kemampuan belajar anak. "Terutama saat banyak sekolah tengah mempertimbangkan larangan ponsel di lingkungan sekolah," ujarnya.
Penelitian ini menggunakan data dari proyek Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) Study, yang memantau ribuan anak sejak usia 9-10 tahun hingga remaja.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang semakin sering memakai media sosial mengalami penurunan kemampuan kognitif seiring waktu.
Anak-anak dikelompokkan ke dalam tiga kategori:
- 58% anak jarang atau tidak menggunakan media sosial.
- 37% mulai menggunakan sedikit, namun meningkat hingga satu jam per hari di usia 13 tahun.
- Dan 6% tergolong pengguna berat, dengan durasi tiga jam atau lebih per hari.
Hasil tes menunjukkan bahwa kelompok pengguna media sosial ringan memiliki nilai 1-2 poin lebih rendah dalam tes membaca dan memori dibandingkan yang tidak menggunakan. Sedangkan pengguna berat turun hingga 4-5 poin.
"Bahkan penggunaan satu jam per hari sudah menurunkan skor kemampuan membaca dan mengingat," ujar Nagata. "Semakin tinggi intensitasnya, semakin rendah hasilnya."
Psikolog Sheri Madigan dari University of Calgary menyebut temuan ini sebagai "efek dosis." Menurutnya, media sosial tidak hanya berbahaya dalam penggunaan berlebihan, tetapi juga memiliki dampak negatif bahkan dalam dosis kecil.
Penurunan ini dianggap signifikan karena masa remaja merupakan periode penting dalam perkembangan otak. "Sedikit perbedaan dalam waktu singkat dapat menempatkan anak pada jalur perkembangan yang berbeda," kata Prinstein.
Ia menambahkan, kesenjangan kemampuan antara pengguna berat dan ringan bisa menjadi sangat besar dalam beberapa tahun ke depan.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa dua pertiga anak mulai menggunakan media sosial sebelum usia 13 tahun, dengan rata-rata memiliki tiga akun. Bahkan separuh dari mereka mengaku sulit mengontrol waktu penggunaan ponsel, dan 11% mengatakan media sosial berdampak negatif terhadap pekerjaan sekolah.
Para ahli sepakat bahwa hasil ini perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret. Madigan mencontohkan Denmark yang berencana melarang anak di bawah 15 tahun menggunakan media sosial, serta Australia yang akan mewajibkan platform menolak akun dari anak di bawah 16 tahun mulai Desember 2025.
"Saya berharap negara lain juga mengikuti langkah ini. Itu akan sangat bermanfaat bagi anak-anak." pungkasnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Elon Musk Diam-Diam Terima Uang dari Musuh Besar Amerika