Kesepakatan Dagang AS-UE Bawa 'Badai' Baru, Eropa Terpecah

1 day ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kesepakatan dagang baru antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memicu reaksi pro dan kontra di Eropa.

Di satu sisi, perjanjian ini mencegah pecahnya perang dagang besar, namun di sisi lain, sejumlah pemimpin Eropa menganggapnya sebagai bentuk penyerahan diri terhadap tekanan Washington.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, AS akan mengenakan tarif sebesar 15% atas sebagian besar barang ekspor dari Uni Eropa, setengah dari ancaman tarif 30% sebelumnya. Sebagai imbalan, blok Eropa akan meningkatkan pembelian energi Amerika serta memangkas pajak atas sejumlah produk impor dari AS.

"Kesepakatan ini adalah kerangka kerja penting yang memberikan stabilitas pada hubungan dagang lintas Atlantik," kata Ursula von der Leyen dalam pernyataannya, seperti dikutip Newsweek pada Rabu (30/7/2025).

Namun respons di Eropa bervariasi. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyambut baik perjanjian ini, terutama karena berhasil meredakan ketegangan yang berpotensi memukul industri ekspor Jerman.

"Hubungan perdagangan yang stabil dan dapat diprediksi dengan akses pasar menguntungkan semua pihak di kedua sisi Atlantik, baik bisnis maupun konsumen," tulis Merz di platform X.

Sebaliknya, Perdana Menteri Prancis François Bayrou menyebut hari pengumuman kesepakatan itu sebagai "hari yang gelap" bagi Eropa. "Ini adalah hari yang suram ketika aliansi masyarakat bebas menyerah," ujarnya dalam unggahan di media sosial.

Nada serupa juga datang dari Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez yang menyatakan dukungan "tanpa antusiasme apa pun". Menteri Perdagangan Swedia Benjamin Dousa bahkan menyebutnya "alternatif yang paling tidak buruk".

Dari sisi negara-negara Nordik, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Løkke Rasmussen mengatakan bahwa kondisi perdagangan mungkin akan menjadi lebih buruk, namun kompromi ini tetap diperlukan. Di Hongaria, Perdana Menteri Viktor Orbán melontarkan kritik keras, menyebut Trump "memakan [von der Leyen] untuk sarapan".

Komisaris Perdagangan Uni Eropa Maroš Šefčovič menyebut kesepakatan itu sebagai "hasil terbaik dalam situasi yang sangat sulit", menegaskan bahwa meskipun tidak ideal, perjanjian ini lebih baik daripada konfrontasi dagang terbuka.

Beberapa sektor utama seperti farmasi, baja, dan semikonduktor dikecualikan dari kesepakatan sementara. Detail teknis mengenai tarif sektoral dan hambatan non-tarif akan terus dinegosiasikan hingga 1 Agustus.

"Kesepakatan ini akan menjadi kontroversial di kalangan konstituen Uni Eropa, yang melihat tarif sebagai pelanggaran terhadap aturan perdagangan internasional," kata L. Daniel Mullaney, peneliti senior di Dewan Atlantik. Ia memperingatkan bahwa tekanan tambahan dari AS dapat menggagalkan kelanjutan perjanjian ini.

Di sisi lain, Trump mengklaim bahwa perjanjian ini akan mendorong investasi Uni Eropa ke AS senilai US$600 miliar dan belanja energi sebesar US$750 miliar dalam tiga tahun ke depan, meskipun sebagian besar akan berasal dari sektor swasta.

Von der Leyen menyebut bahwa peningkatan impor gas alam cair (LNG), minyak, dan bahan bakar nuklir dari AS akan membantu Eropa mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Namun analis dari S-RM, Septimus Knox, menilai kesepakatan ini lebih bertujuan mengamankan pasokan jangka panjang ketimbang memutus hubungan dengan Rusia.

Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin menyambut baik kerangka kerja ini. "Kesepakatan ini menciptakan era stabilitas baru yang diharapkan dapat mempererat hubungan antara Uni Eropa dan AS," ujarnya, meski mengakui bahwa prosesnya akan menantang.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Deal! Trump Turunkan Tarif Impor Vietnam Jadi 20%, Bagaimana Nasib RI?

Read Entire Article
| | | |