Jakarta, CNBC Indonesia - Pengajuan kartu kredit kerap menjadi langkah awal membangun rekam jejak finansial. Namun bagi sebagian orang, proses sederhana ini justru membuka kenyataan yang mengejutkan. Begitu pula yang dialami Kristin Collier pada saat berumur 22 Tahun.
Alih-alih mendapat persetujuan, ia justru diberi tahu bahwa namanya tercatat memiliki utang miliaran, Padahal ia tidak pernah mengajukan pinjaman apa pun.
Temuan itu mengarah pada satu fakta: identitasnya telah dipakai pihak lain untuk mengambil pinjaman secara ilegal.
Pinjaman yang Tidak Pernah Ia Ambil
Penelusuran yang dilakukan Collier mengarah pada kenyataan paling menyakitkan: utang itu diajukan oleh ibunya sendiri, yang saat itu tengah berjuang dengan kecanduan judi.
Pengalaman ini ia buka melalui wawancara bersama CNBC.com, yang juga meninjau dokumen hukum terkait kasus tersebut. Ia menegaskan bahwa ibunya mengakui penggunaan identitas sang anak untuk mengajukan pinjaman.
Dalam bukunya yang terbaru, "What Debt Demands: Family, Betrayal, and Precarity in a Broken System," Collier mengisahkan perjalanan panjang selama hampir satu dekade untuk membersihkan namanya.
Sistem Pinjaman yang Gagal Melakukan Pencegahan
Collier menilai bahwa kasus ini terjadi bukan hanya karena keputusan keliru ibunya, tetapi juga akibat lemahnya sistem verifikasi di sektor pinjaman swasta. Jumlah pinjaman yang disetujui penyedia kredit, menurutnya, jauh diatas biaya kuliah di universitas negeri tempat ia berkuliah.
Ia menyebut seharusnya lembaga pemberi pinjaman dapat mendeteksi kejanggalan pada riwayat kreditnya sejak awal.
Namun proses pembuktian menjadi sangat sulit. Karena Collier tidak ingin melaporkan ibunya ke polisi, banyak lembaga keuangan menolak memberi akses pada proses banding atau pemutihan.
Kecanduan Judi yang Menghancurkan Hubungan Keluarga
Collier menjelaskan bahwa kecanduan judi ibunya berkembang pesat ketika dirinya mulai kuliah dan tinggal jauh dari rumah. Industri kasino, menurutnya, sengaja dirancang untuk memaksimalkan kerugian pemain melalui sistem mesin slot yang sangat adiktif.
Ia menduga sebagian besar dana pinjaman ilegal itu habis digunakan untuk berjudi, sementara beberapa mungkin dipakai untuk menutupi kebutuhan rumah tangga yang sebelumnya sudah terganggu oleh kerugian judi.
Kesehatan Collier Ikut Memburuk karena Tekanan Utang
Tekanan psikologis dan teror dari penagih utang membuat kesehatan fisik Collier merosot. Ia mengalami gangguan lambung, infeksi berulang, serta stres berkepanjangan yang memengaruhi kesehariannya.
Dengan cicilan mencapai hampir US$2.000 per bulan, pendapatannya tersedot untuk membayar utang yang bukan miliknya. Masa depannya terasa gelap, dan relasinya dengan ibunya terus memburuk.
Utang Dihapus Lewat Jalur Kebangkrutan
Setelah berjuang selama hampir 10 tahun, Collier akhirnya memakai jalur kebangkrutan untuk memaksa lembaga keuangan membuka ruang perundingan.
Dalam proses itu, ia, ibunya, dan lembaga pemberi pinjaman menandatangani dokumen yang secara resmi menghapus utang tersebut dari namanya.
Namun Collier menegaskan bahwa tidak semua peminjam memiliki akses ke proses serupa, terutama karena student loan di Amerika memiliki perlindungan hukum yang sangat ketat.
Utang Sebagai Masalah Sistemik, Bukan Kesalahan Individu
Kisah Collier memperlihatkan bahwa beban utang pendidikan tidak hanya berdampak pada satu individu, tetapi juga seluruh keluarga terutama keluarga berpenghasilan rendah.
Dengan bunga di atas 10%, penghasilan keluarga terus tergerus untuk cicilan, hingga menyulitkan mereka membiayai kebutuhan lain, termasuk perawatan kesehatan ayah Collier yang kala itu sedang sakit.
Collier yang kini seorang ibu, memikirkan bagaimana caranya mencegah anaknya mengalami hal serupa. Ia dan suaminya bekerja di sektor nonprofit. Collier aktif menyuarakan pentingnya pendidikan tinggi publik gratis sebagai solusi jangka panjang.
(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)



