Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak ketegangan diplomatik antara Tokyo dan Beijing langsung terasa di lapangan. Hanya dalam hitungan hari setelah China mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Jepang, perusahaan wisata Negeri Sakura sudah mencatat lonjakan pembatalan yang mengancam stabilitas sektor pariwisata negara itu.
East Japan International Travel Service, operator tur berbasis di Tokyo yang selama ini banyak melayani rombongan wisatawan asal China, melaporkan kehilangan 80% pemesanan untuk sisa tahun ini. Situasi itu menempatkan perusahaan kecil tersebut pada posisi paling terdampak dari boikot yang kini membayangi perekonomian Jepang, ekonomi terbesar keempat di dunia.
"Ini kerugian yang sangat besar bagi kami," kata Yu Jinxin, Wakil Presiden East Japan International Travel Service, dilansir Reuters, Rabu (19/11/2025).
Peringatan perjalanan dari Beijing itu dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan, pulau demokratis yang diklaim sebagai wilayah China. Setelah pernyataan tersebut, gelombang pembatalan penerbangan dan tekanan pada saham-saham sektor pariwisata Jepang langsung terjadi.
Menurut World Travel & Tourism Council, pariwisata menyumbang sekitar 7% dari total PDB Jepang, dan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Data resmi menunjukkan wisatawan asal China daratan dan Hong Kong mencakup sekitar 20% dari seluruh kunjungan ke Jepang.
Menurut perhitungan Nomura Research Institute, dampak boikot ini diperkirakan dapat menggerus sekitar 2,2 triliun yen atau sekitar Rp237 triliun pendapatan tahunan Jepang. Sejak imbauan dikeluarkan pada Jumat, saham-saham perusahaan terkait pariwisata di Bursa Tokyo juga mengalami penurunan tajam.
Lebih dari 10 maskapai China telah menawarkan pengembalian dana untuk rute menuju Jepang hingga 31 Desember, dengan seorang analis maskapai memperkirakan sekitar 500.000 tiket sudah dibatalkan.
Yu dari East Japan International Travel Service mengatakan perusahaannya pernah melewati krisis hubungan Jepang-China sebelumnya, termasuk pada 2012 saat Tokyo menasionalisasi pulau yang disengketakan dan memicu protes besar anti-Jepang di China.
Namun ia memperingatkan bahwa krisis kali ini bisa lebih menghantam jika berlangsung lama.
"Kalau ini berlangsung satu atau dua bulan, kami mungkin masih mampu bertahan. Tapi jika situasinya terus memburuk, dampaknya jelas akan sangat besar bagi bisnis kami," ujarnya.
Ketegangan Meningkat, Penyelesaian Belum Terlihat
Pernyataan Takaichi yang menyebut bahwa serangan China terhadap Taiwan yang mengancam kelangsungan hidup Jepang bisa memicu respons militer, telah memantik salah satu sengketa diplomatik paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara dua ekonomi terbesar di Asia tersebut.
Pernyataan itu mendapat reaksi keras dari diplomat China di Jepang dan media pemerintah China, hingga Tokyo mengeluarkan peringatan keamanan bagi warganya di China. Pemerintah Jepang meminta warga menghindari keramaian dan meningkatkan kewaspadaan.
Beijing menuntut Takaichi menarik kembali pernyataannya, namun Tokyo menegaskan bahwa ucapan tersebut sejalan dengan kebijakan resmi pemerintah. Situasi itu menunjukkan tanda-tanda bahwa tidak ada terobosan diplomatik dalam waktu dekat.
Selain pembatalan perjalanan, China juga menghentikan penayangan film-film Jepang yang dijadwalkan rilis, sementara sejumlah pesohor Jepang di China berusaha meredam potensi kemarahan publik.
"China adalah seperti kampung halaman kedua bagi saya dan semua teman saya di China adalah keluarga yang saya sayangi - saya akan selalu mendukung One China," tulis penyanyi Jepang MARiA di platform Weibo pada Selasa.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Inflasi Inti Jepang Menanjak ke Level Tertinggi Dalam 2 Tahun





























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5292881/original/016928800_1753267680-WhatsApp_Image_2025-07-23_at_17.02.21.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5255125/original/011605200_1750149296-_Timnas_Indonesia_U-23_-_Jens_Raven__Dony_Tri_Pamungkas__Kdek_Arel_Priyatna__background_Gerald_Vanenburg_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5295668/original/003518200_1753490643-vie_2.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5294962/original/091757100_1753426328-SnapInsta.to_523144936_1283178553162979_2047566670970110161_n.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5290445/original/078528600_1753109796-20250721AA_Piala_AFF_U-23_Indonesia_U-23_Vs_Malaysia-14.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282651/original/018565000_1752480102-20250714-Presskon_Piala_AFF-Bola_6.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5295805/original/097979000_1753504002-20250725AA_Timnas_Indonesia_U-23_Vs_Thailand-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5287984/original/030230900_1752852584-Timnas_Indonesia_U-23_vs_Filipina-3.jpg)