Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya akan mencapai 4,7% pada 2025 dan 2026. Hal ini diungkap oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dalam forecast terbarunya, World Economic Outlook (WEF) edisi April 2025, yang dirilis kemarin, Selasa malam (23/4/2025).
Proyeksi itu merevisi ke bawah perkirakan pertumbuhan ekonomi sebelumnya dalam WEF edisi Januari 2025. Pada rilis sebelumnya, IMF memprediksi ekonomi RI masih bisa tumbuh sebesar 5,1% pada tahun ini dan 2026.
Penyebab dari penurunan ini adalah kebijakan tarif resiprokal dari Presiden AS Donald Trump. Seperti diketahui Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%. Menurut hitungan pemerintah RI, tarif ini bisa meningkat hingga 47% untuk jenis barang tertentu.
Efek kebijakan AS ini akan menekan ekspor Indonesia. IMF pun melihat transaksi berjalan atau current account balance, IMF perkirakan Indonesia akan defisit makin dalam dari 0,6% pada 2024 menjadi 1,5% pada 2025 dan berlanjut pada 2026 sebesar 1,6%.
Lebih lanjut, IMF melihat pengangguran RI akan meningkat. Persentase perkiraannya akan mengalami kenaikan bertahap, dari 2024 hanya sebesar 4,9%, menjadi 5% pada 2025, dan 5,1% pada 2026.
Adapun, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah. Vietnam dan Filipina akan mengalami penurunan. Namun, ekonomi keduanya diperkirakan masih akan tumbuh 5% pada 2025.
Vietnam ekonominya berpotensi drop menjadi hanya akan tumbuh 5,2% pada 2025 dari proyeksi realisasi pada 2024 yang tumbuh 7,1%. Pelemahan ini akan berlanjut sejalan dengan efek pengenaan tarif perdagangan oleh AS. IMF menilai efek ini akan terus memperdalam laju perlambatan ekonomi Vietnam hingga 2026 menjadi hanya akan tumbuh 4% menurut IMF.
Sementara itu, Filipina diperkirakan hanya akan tumbuh 5,5% pada 2025, dari sebelumnya pada 2024 mampu tumbuh 5,7%. Namun, ekonomi Filipina akan bangkit dengan pertumbuhan 5,8% pada 2026.
(haa/haa)