Jakarta, CNBC Indonesia - Lubang korona di Matahari memicu badai geomagnetik di Bumi. Dampaknya, fenomena Aurora tampak jelas di langit malam di belahan Bumi utara sepanjang akhir pekan lalu.
Angin surya (solar wind) menerpa atmosfer Bumi dengan kencang karena lubang korona Matahari saat ini menghadap langsung Bumi.
Lubang korona adalah area di atmosfer Matahari yang tampak lebih gelap. Menurut NOAA, lubang korona terlihat gelap karena suhunya jauh lebih dingin dibanding permukaan lainnya. Selain itu, medan magnet di area yang "bolong" juga lebih renggang sehingga angin surya lebih mudah "lolos" ke luar atmosfer Matahari.
Angin surya adalah partikel bermuatan proton dan elektron yang dilepaskan oleh korona Matahari. Jika partikel ini berinteraksi dengan medan magnet Bumi, muncul fenomena yang diberi nama badai geomagnetik.
Badai geomagnetik diukur dalam skala 1 sampai 5. Meskipun badai magnetik yang terjadi mulai akhir pekan lalu hanya ada di skala 1, dampaknya cukup besar untuk memengaruhi satelit dan jaringan listrik di permukaan Bumi. Dampak yang paling mudah terlihat ada kemunculan aurora di belahan bagian utara Bumi.
Namun, menurut Space, badai geomagnetik yang terjadi hanya beberapa hari setelah equinox bisa memunculkan aurora di wilayah yang jauh lebih luas dari biasanya. Pada periode ini, kemiringan Bumi disebut membuat angin surya "lebih terkoneksi" dengan medan magnetik Bumi. Fenomena ini dikenal sebagai efek Russel McPherron.
Jika aurora biasanya hanya terlihat di lingkar Arktik, badai magnetik yang diperkirakan mulai tampak pada 11-12 Oktober bisa tampak hingga ke Inggris.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rotasi Bumi Makin Cepat, Juli-Agustus 2025 Berubah Lebih Singkat