Pertamina Pamerkan Transaksi Kredit Karbon dari PLTP dan PLTBg di COP30

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menunjukkan komitmennya untuk mendorong dekarbonisasi bisnis dan produksi produk rendah karbon. Di ajang konferensi internasional untuk perubahan iklim COP30 di Belèm, Brasil, Pertamina hadir pada sesi "Seller Meet Buyer" yang menjadi salah satu wadah perdagangan karbon di tingkat global.

"Kehadiran Pertamina untuk memanfaatkan peluang di COP30 terutama di Paviliun Indonesia salah satunya seller meet buyer yang merupakan platform pertemuan penjual dan pembeli kredit karbon," ujar Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero), Agung Wicaksono, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (14/11/2025).

Pada forum dunia tersebut, Pertamina berhasil melakukan transaksi penjualan karbon sebanyak 37 ribu ton CO2e kedua institusi perbankan yakni Bank Mandiri dan CIMB Niaga. Kredit karbon tersebut berasal dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Sei Mangkei di Sumatera Utara dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong di Sulawesi Utara.

Hal ini menambah total pencapaian kumulatif, setelah sebelumnya Pertamina berhasil menjual 846rb ton CO2e (setara US$ 3 juta) sejak September 2023.

Terkait perdagangan karbon, kata Agung, Pertamina menyiapkan langkah-langkah untuk menangkap peluang di pasar karbon. Saat ini, Pertamina menyiapkan internal carbon pricing untuk memudahkan keputusan-keputusan investasi serta memperhitungkan nilai ekonomi karbon di dalamnya yang dapat mendorong bisnis rendah karbon dan efisiensi energi.

Dengan itu, Pertamina dapat mengembangkan banyak proyek energi baru terbarukan atau proyek yang berbasis bahan baku ramah lingkungan seperti Geothermal.

"Pertamina punya banyak proyek geothermal. Dari proyek-proyek geothermal tersebut, proyek-proyek energi baru terbarukan lainnya seperti PLTBg, maupun yang berbasis nature based solution seperti penghijauan kembali, bisa menghasilkan karbon kredit," imbuh Agung.

Pertamina lanjutnya, akan melakukan mekanisme Measurement Registration Verification (MRV) untuk memastikan proyek energi baru terbarukan tersebut valid dan diakui baik di pasar domestik dan pasar global. Sehingga nantinya perusahaan bukan hanya mendapatkan pendanaan, tetapi juga proyek-proyek yang menghasilkan energi yang ramah lingkungan.

"Proyek-proyek itu bukan hanya green, tetapi juga gold. Karena itu kita perlukan untuk bangun Indonesia lebih bersih, lebih hijau, lebih maju dan lebih kaya," tandas Agung.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Muhammad Baron menyampaikan komitmen Pertamina dalam perdagangan kredit karbon telah ditunjukkan sejak peluncuran perdananya di Indonesia. Bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), Pertamina mengukir sejarah sebagai penjual kredit karbon pertama melalui IDXCarbon pada 26 September 2023, dengan penjualan saat ini terakumulasi mencapai 864 ribu tCO2e.

Pada 2025, Subholding PNRE Pertamina yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan BEI menghasilkan kredit karbon dari sektor energi terbarukan sebesar 249 ribu ton CO2e.

"Pertamina melalui subholding Pertamina NRE menghasilkan kredit karbon dari proyek panas bumi dan limbah cair dari pabrik pengolahan kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan dukungan Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, Pertamina akan memimpin dekarbonisasi dan memperluas ekosistem perdagangan karbon di Indonesia," pungkas Baron.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Pertamina Cetak Untung Rp 49,5 Triliun di Tahun 2024

Read Entire Article
| | | |