Bola.com, Solo - Pelatih Persis Solo, Peter de Roo, angkat bicara mengenai pemecatan kompatriotnya, Patrick Kluivert, sebagai pelatih Timnas Indonesia seusai gagal membawa tim Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.
Sebagai sesama pelatih asal Belanda, Peter de Roo menilai bahwa pekerjaan sebagai pelatih profesional memang diukur dari hasil yang dicapai. Dasar semacam ini memang akhirnya tidak selalu menghasilkan keputusan yang tepat.
"Sulit bagi saya untuk menjawabnya karena saya tidak tahu seluk-beluk di dalamnya. Yang saya tahu adalah bahwa pelatih akan selalu dinilai berdasarkan hasil yang dicapai," kata pelatih kelahiran Amsterdam itu.
"Kelemahan dari hal semacam itu adalah keputusan yang diambil itu tidak selalu bijaksana. Tetapi, soal apakah keputusan kali ini tepat atau tidak, kita harus melihatnya secara lebih jelas," tambahnya.
Slogan “Move To Inspire” yang diusung dalam Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025 mencerminkan semangat universal tentang pentingnya gerakan dan inspirasi.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tekankan Pentingnya Proses
Kendati belum ada setengah tahun bekerja di Indonesia, Peter de Roo cukup mengamati perkembangan sepak bola nasional. Dia mengambil contoh soal progres yang diperlihatkan Timnas Indonesia U-23.
Menurut Peter, skuad asuhan Gerald Vanenburg itu sebetulnya sudah mulai memperlihatkan perkembangan yang apik dari segi permainan, kendati hasilnya belum sesuai harapan karna gagal lolos ke Piala Asia U-23 2026.
Dia mengatakan, perubahan gaya permainan yang dialami Timnas U-23, seperti seniornya di bawah asuhan Kluivert, memang butuh proses. Sebab, sebuah tim tidak bisa langsung nyetel dengan gaya baru karena butuh adaptasi.
"Yang saya lihat, termasuk Timnas U-23, adalah tim yang mulai semakin baik dan baik. Sesi latihan akan mengubah gaya bermain, dan itu tidak akan langsung menjadi baik pada hari pertama," katanya.
"Memperkenalkan gaya bermain baru, atau hal-hal yang Anda yakini kepada sebuah tim, biasanya itu akan memburuk di awal sebelum bisa membaik," lanjut mantan Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) itu.
Hasil Selalu Jadi Ukuran
Meski proses adalah hal yang harus dihargai karena membutuhkan waktu, Peter menyadari apabila hasil tetaplah jadi faktor yang penting dan menjadi indikator utama dalam mengevaluasi kinerja pelatih profesional.
"Jadi, menurut saya, sebagai pengambil keputusan, yang harus dianalisis adalah prosesnya, bukan hanya hasilnya saja. Tetapi, saya tidak bisa menilai apakah itu sudah dilakukan atau belum," katanya.
"Namun, dari sudut pandang luar, begitulah saya melihatnya. Pada akhirnya, seorang pelatih memang harus bisa mendapatkan hasil, sebab begitulah cara kerjanya," lanjut juru taktik tim berusia 55 tahun tersebut.
Semuanya Diberhentikan
PSSI telah resmi mengambil langkah tegas dengan mengakhiri hubungan kerja Patrick Kluivert dan jajaran asistennya, Kamis (16-10-2025). Pemutusan kontrak ini meliputi seluruh pelatih di berbagai level usia.
Dengan demikian, seluruh staf pelatih Timnas Indonesia, dari level senior, U-23, hingga U-20, kini telah resmi berhenti dari tugasnya, meski kedua pihak sebelumnya terikat kontrak kerja sama berdurasi dua tahun, hingga 2027.
"Penghentian kerja sama ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua pihak, dengan mempertimbangkan dinamika internal dan arah strategis pembinaan tim nasional ke depan. Dengan berakhirnya kerja sama tersebut, tim kepelatihan tersebut tidak lagi menangani Timnas Indonesia di level senior, U23, maupun U20," bunyi rilis resmi PSSI.