Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan pinjaman daring (pindar) semakin diminati oleh banyak masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya kinerja penyaluran (outstanding) pindar di Indonesia.
Seperti diketahui, outstanding pembiayaan untuk industri pindar pada Juli 2025 tumbuh 22,01% secara year on year (YoY) dengan nominal sebesar Rp 84,66 triliun. Dari sisi risiko kredit, tingkat wanprestasi (TWP90) pindar berada di posisi 2,75% atau lebih sehat dibandingkan Juni 2025 di posisi 2,85%.
Besarnya peran penyedia layanan pindar dalam membuka akses keuangan membuat pengguna layanan tersebut terus meningkat. Apalagi, tak sedikit masyarakat yang menganggap pintar sebagai salah satu jalan pintas untuk keluar dari tekanan ekonomi.
Kendati demikian, masyarakat perlu memperlakukan pindar sebagai solusi keuangan yang harus dikelola secara matang dan disiplin, bukan sekadar jalan pintas. Keputusan untuk mengambil pindar harus diiringi dengan pemahaman tentang kemampuan membayar kembali dan perencanaan keuangan yang baik.
Terlebih pindar adalah instrumen inklusi keuangan yang aman dan bertanggung jawab. Pindar diatur dan diawasi secara ketat melalui regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk pengelolaan risiko yang dirancang untuk melindungi konsumen dari potensi kerugian yang tidak terduga. Meski tergolong aman dan diregulasi secara ketat, layanan pindar tetap membutuhkan pengguna yang bijak dan memahami risiko yang terkait.
Kehadiran pindar bertujuan untuk membantu masyarakat mengakses pendanaan dengan transparansi dan akuntabilitas. Namun, tanpa literasi keuangan yang memadai dan kesadaran risiko yang baik, layanan ini bisa disalahgunakan atau menjadi beban yang sulit dikelola.
Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menilai pemanfaatan pindar oleh masyarakat maupun pengusaha adalah hal yang wajar. Sebab, saat ini masih terdapat credit gap di Indonesia yang menandakan bahwa perbankan belum mampu menjangkau seluruh nasabah yang membutuhkan kredit. Alhasil, pindar menjadi pilihan pembiayaan alternatif, terutama bagi sebagian pengusaha yang membutuhkan modal.
"Pinjaman daring menjadi salah satu solusi karena memberikan kemudahan bagi peminjamnya. Jika menggunakan kredit perbankan, bisa memakan waktu yang panjang, tapi dengan pindar, prosesnya lebih mudah dan cepat," ujar dia saat dihubungi oleh CNBC Indonesia, ditulis Senin(29/9/2025).
Tren penggunaan pindar juga dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi masyarakat, dimana sebagian besar akses masyarakat ke layanan keuangan sekarang bisa dilakukan melalui ponsel. Kecepatan penilaian kelayakan pindar juga jauh lebih cepat ketimbang kredit perbankan, termasuk kartu kredit. Alhasil, masyarakat yang membutuhkan dana melalui kredit namun ditolak perbankan pada akhirnya memilih pindar daripada meminjam uang ke individu lainnya.
Seiring adanya perubahan pola konsumsi di kalangan masyarakat, potensi dari pembiayaan pindar masih cukup tinggi. Pihak perbankan pun mau tidak mau ikut masuk ke pasar pinjaman daring melalui sistem channeling, mengingat permintaan layanan pindar yang terus tumbuh positif.
Meski demikian, Nailul mengingatkan pentingnya menjaga bubble pindar agar tidak pecah. Dalam hal ini, kualitas penyaluran pindar harus diperhatikan oleh setiap platform pembiayaan pindar agar tingkat gagal bayar juga tetap berada di level yang rendah.
"Platform tidak akan mengalami kerugian yang besar. Kesehatan dari platform pun bisa dijaga dengan baik. Begitu juga dengan menjaga persaingan yang sehat antara platform besar dan kecil harus berkompetisi secara sehat dengan memperhatikan arus keuangan," tutur dia.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Ronald Andi Kasim mengatakan, tren positif penyaluran pindar mencerminkan kepercayaan masyarakat yang kian tumbuh terhadap solusi pembiayaan yang diusung industri pindar dalam negeri.
Pertumbuhan outstanding yang masif sepanjang tahun ini juga memperlihatkan bahwa pintar semakin dikenal sebagai alternatif pembiayaan yang aksesibel inklusif dan terus diminati oleh masyarakat, termasuk bagi UMKM untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Kami optimis industri ini dapat mempertahankan kinerjanya yang sudah cukup baik melayani kebutuhan konsumen," jelas dia kepada CNBC Indonesia.
Dia melanjutkan, AFPI senantiasa percaya bahwa platform pindar punya peran penting dalam melengkapi ekosistem layanan jasa keuangan di Tanah Air, khususnya dalam hal pembiayaan. AFPI pun cukup bangga dengan pencapaian industri pindar yang berkembang dengan laju pertumbuhan sebagai salah satu tertinggi di keseluruhan industri jasa keuangan. Namun demikian, AFPI berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja platform pindar dalam melayani kebutuhan pembiayaan masyarakat.
Bagi pekerja lepas dan para pengusaha yang membutuhkan pembiayaan produktif, AFPI juga terus menyediakan opsi pembiayaan yang menarik untuk mendorong segmen tersebut. Apabila merujuk pada hasil riset dari CORE, sebanyak 67% responden menggunakan pindar untuk keperluan usaha, sehingga menunjukkan tren positif ke arah penyaluran sektor produktif. Angka ini mendekati target 50%-70% yang ditetapkan dalam Peta Jalan Fintech P2P Lending 2023- 2028.
Asal tahu saja, OJK menyebut bahwa outstanding pinjaman dari pindar untuk kategori UMKM perseorangan mencapai Rp 25,25 triliun per Juni 2025. Di sisi lain, nilai outstanding pinjaman dari pindar untuk kategori UMKM badan usaha mencapai sekitar Rp 3,2 triliun pada periode yang sama.
Ke depannya, Ronald menegaskan bahwa AFPI bakal terus mendorong anggotanya untuk memperluas pembiayaan produktif, khususnya bagi UMKM, baik melalui kolaborasi maupun penguatan ekosistem industri yang berkelanjutan. Selain itu, AFPI juga berkomitmen untuk mendukung pemerataan ekonomi nasional melalui peningkatan penyaluran pembiayaan daerah-daerah di luar pulau Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur.
"Langkah ini kami harapkan dapat mendukung pertumbuhan UMKM serta penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat," pungkas Ronald.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]






























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)








:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)



