Putin Buka-bukaan Mau Luncurkan Senjata Nuklir Baru, Rusia Mendominasi

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Moskow akan segera mengumumkan sistem persenjataan baru yang tengah dikembangkan untuk memperkuat barisan senjata nuklirnya.

Pernyataan itu disampaikan Putin saat mengunjungi Tajikistan, usai menghadiri pertemuan puncak negara-negara bekas Uni Soviet, akhir pekan lalu. Ia menegaskan bahwa proyek-proyek pengembangan senjata strategis Rusia berjalan sesuai rencana dan kini berada pada tahap akhir penyempurnaan.

"Tingkat kecanggihan sistem pencegahan nuklir kami lebih tinggi dibandingkan negara manapun yang memiliki senjata nuklir," kata Putin, sebagaimana dikutip kantor berita negara TASS.

"Semua yang pernah saya bicarakan di tahun-tahun sebelumnya kini sedang berjalan-kami sedang menyempurnakannya."

Putin tidak menyebut secara spesifik jenis senjata baru yang dimaksud, tetapi pernyataannya muncul di tengah meningkatnya ketegangan dengan aliansi NATO akibat perang berkepanjangan di Ukraina.

Di saat bersamaan, masa berlaku perjanjian pengendalian senjata nuklir New START antara Rusia dan Amerika Serikat akan berakhir pada Februari 2026 tanpa ada kesepakatan baru untuk memperpanjang atau menggantinya.

Putin mengakui bahwa dunia saat ini memasuki fase baru perlombaan senjata. Ia menyebut beberapa negara bahkan tengah mempersiapkan diri untuk melakukan uji coba nuklir secara langsung, meskipun tidak menyebutkan negara mana yang dimaksud.

"Memang sedang terjadi semacam perlombaan senjata," ujarnya. "Beberapa negara sedang bersiap untuk melakukan pengujian senjata nuklir. Ini bukan hal yang rahasia bagi para ahli."

Putin menjelaskan para pakar senjata global sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk melakukan simulasi komputasi terhadap daya ledak dan efektivitas bahan bakar nuklir di rudal-rudal lama. Namun, menurutnya, sebagian kalangan di sejumlah negara masih percaya bahwa pengujian nyata diperlukan untuk memastikan kesiapan sistem tersebut.

"Selalu ada godaan untuk menguji efektivitas bahan bakar tempur yang telah disimpan selama bertahun-tahun," katanya.

"Semuanya bisa disimulasikan lewat komputer dan para spesialis menganggap itu cukup. Tapi sebagian berpikir perlu dilakukan uji coba penuh. Kami tahu bahwa di beberapa negara mereka sedang mempertimbangkan dan bahkan bersiap untuk itu."

Yang jelas, Putin menegaskan bahwa Rusia akan menyesuaikan diri dengan dinamika tersebut.

"Itulah mengapa saya katakan: jika mereka melakukan pengujian, kami juga akan melakukannya," ujarnya.

"Apakah itu baik atau buruk? Dari sudut pandang keamanan, itu baik. Dari perspektif penangkalan dan pengendalian perlombaan senjata, mungkin itu juga tidak buruk."

Adapun Perjanjian New START yang ditandatangani pada 2010 membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan oleh Amerika Serikat dan Rusia, serta membangun sistem verifikasi bersama. Namun, dengan masa berlakunya yang akan berakhir pada 2026 dan hubungan kedua negara yang memburuk akibat perang di Ukraina, prospek perpanjangan perjanjian itu kian tak pasti.

Kremlin sebelumnya mengatakan bahwa Rusia tetap akan mematuhi ketentuan New START selama satu tahun setelah masa berlakunya habis, sebagai bentuk komitmen sementara.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut baik langkah itu dan menyebutnya "gagasan yang bagus," tetapi hingga kini belum ada kesepakatan baru yang siap ditandatangani untuk menggantikan atau memperpanjang perjanjian tersebut.

Menurut data Federation of American Scientists (FAS), Rusia memiliki total 5.459 hulu ledak nuklir, dengan sekitar 1.718 di antaranya sudah dikerahkan. Sementara itu, Amerika Serikat memiliki 5.177 hulu ledak, dan 1.770 di antaranya dalam status aktif.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Rusia Tambah Senjata Nuklir Era Perang Dingin, Intel AS Warning NATO

Read Entire Article
| | | |