Ramai Karyawan China Dipaksa 'Santai', Dilarang Kerja Gila-gilaan

2 days ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan China mulai mengambil langkah-langkah baru dalam hal jam kerja karyawan. Hal ini untuk mengerem kerja dengan jam panjang yang saat ini menjadi persoalan sosial di Negeri Tirai Bambu.

Di produsen elektronik rumah tangga Midea, perusahaan memberlakukan jam pulang wajib bagi staf dan karyawan. Mereka juga memberlakukan larangan rapat setelah jam kerja.

Perusahaan media sosial dan gim Tencent, juga telah memangkas waktu lembur di setidaknya beberapa unitnya. Ini berarti banyak pekerja tidak lagi bekerja di luar jam kerja normal 

Di perusahaan pembuat peralatan rumah tangga Haier, karyawan telah merayakan di media sosial terkait pengenalan 5 hari kerja seminggu. Pekerja di DJI, produsen pesawat nirawak terbesar di dunia, telah mengunggah kegembiraan mereka atas kebijakan baru yang menyatakan kantor harus dikosongkan sebelum pukul 9 malam.

"Tidak perlu khawatir lagi ketinggalan kereta bawah tanah terakhir, tidak perlu khawatir lagi membangunkan istri saat saya tiba di rumah," tulis seorang pekerja DJI yang mengatakan bahwa ia sering bekerja hingga lewat tengah malam, dikutip Reuters, Rabu (9/4/2025).

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional, China memiliki minggu kerja rata-rata yang panjang, yakni 46,1 jam pada tahun 2024. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan 38,6 jam di Korea Selatan, 38 jam di Amerika Serikat, dan 36,6 jam di Jepang.

Data pemerintah China menyebutkan angka tersebut bahkan lebih tinggi, yakni 49,1 jam pada bulan Januari, naik dari 46,2 jam pada bulan April 2022, tanggal paling awal data tersedia untuk umum. Peningkatan tajam tersebut dapat dijelaskan dengan meningkatnya ketidakamanan pekerjaan, yang memacu keinginan orang untuk bekerja lembur lebih banyak.

Angka yang tinggi ini tidak lepas dari budaya "996" atau praktik bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, enam hari seminggu. Gaya kerja ini awalnya dipopulerkan salah satu pendiri Alibaba Jack Ma, dan menjadi bagian integral dari sektor teknologi China selama 15 tahun terakhir.

Namun hal ini mulai memunculkan penolakan di publik. Sejumlah akun media sosial mulai memprotes adanya jam kerja panjang yang menimbulkan masalah sosial baru bagi para karyawan.

Tak hanya itu, Pemerintah China juga telah melarang tren kerja 996 yang memaksa karyawan untuk bekerja cukup panjang. Mereka bahkan mendefinisikan hal ini sebagai sesuatu yang ilegal.

Analis industri independen yang berbasis di Beijing, Liu Xingliang, mengatakan protes ini saat ini telah mendapatkan penanganan dari perusahaan akibat penerapan aturan baru Uni Eropa. Aturan itu menyebut perusahaan tidak boleh menjual produk yang dibuat dengan kerja paksa, definisi yang mencakup lembur yang berlebihan.

"Perusahaan-perusahaan besar ini takut kehilangan pesanan luar negeri karena pelanggaran," kata Liu.

Di sisi lain, ekonom China di Jefferies, Shujin Chen, mengatakan bahwa perubahan ini tidak akan selalu berjalan mulus. Hal ini  mengingat pertumbuhan ekonomi negara yang lambat dan kurangnya lapangan kerja telah memicu ketidakamanan finansial.

"Pemerintah ingin orang-orang lebih suka bersantai, lebih banyak berlibur, dan lebih banyak mengonsumsi," katanya. "Jika Anda tidak memiliki penghasilan yang cukup, dan jika Anda sulit mempertahankan pekerjaan, sangat sulit bagi orang-orang untuk melakukan itu."


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ada Perang Dagang, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China Dipangkas

Next Article Sosok Ternama Keuangan Global Tiba-Tiba Warning Ekonomi China, Kenapa?

Read Entire Article
| | | |