Jakarta, CNBC Indonesia - Jeda karier atau career break pada perempuan merupakan fenomena umum di Indonesia. Jeda karier adalah periode ketika seseorang berhenti bekerja dari pekerjaannya (resign atau cuti panjang) untuk alasan pribadi atau keluarga.
Di tengah persaingan kerja yang semakin ketat, ada banyak penyebab perempuan meninggalkan pekerjaan mereka untuk sementara waktu. Alasannya pun beragam, yakni untuk mengurus orang tua, merawat anak di rumah atau ingin meningkatkan kualitas diri.
Survei cepat Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) menunjukkan sebagian besar perempuan atau 40 persen memilih mengambil jeda karier. Sedangkan, 98 persen lainnya ingin kembali bekerja, 45 persen lebih memilih format penuh waktu dan 55 persen paruh waktu.
"Jadi kami mensurvei bahwa ada sekitar 40 persen perempuan yang mengambil career break atau jeda karier. Keputusan ini diambil berkaitan dengan peran pengasuhan yang masih sangat terbebani pada perempuan dalam banyak keluarga," kata Wita Krisanti, Executive Director, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dalam acara Media Gathering "Beauty That Moves: L'Oréal Reconnect Program di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (12/12/2025).
Foto: Executive Director, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Wita Krisanti dalam acara Media Gathering "Beauty That Moves: L'Oréal Reconnect Program di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (12/12/2025). (CNBC Indonesia/Lynda Hasibuan)
Executive Director, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Wita Krisanti dalam acara Media Gathering "Beauty That Moves: L'Oréal Reconnect Program di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (12/12/2025). (CNBC Indonesia/Lynda Hasibuan)
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa biasanya saat ingin kembali ke pasar kerja, para perempuan akan menghadapi berbagai hambatan struktural dan budaya yang membuat reintegrasi tidak selalu mudah.
Sementara itu, perempuan yang mengambil jeda karier di dominasi oleh staf 60 persen, supervisor 16 persen, tingkat menengah 8 persen dan eksekutif 2 persen.
Meski merupakan keputusan yang sepenuhnya valid, jeda karier tetap membawa sejumlah tantangan yang sering kali tidak terlihat dari luar. Namun, dengan strategi yang tepat, perempuan dapat kembali bangkit dan melanjutkan karier dengan lebih kuat.
Tantangan Perempuan Saat Break Career
1. Merasa Kehilangan Identitas Profesional
Banyak perempuan yang sebelumnya berada dalam posisi aktif di dunia kerja merasa "kehilangan diri" ketika mereka berhenti bekerja. Identitas sebagai profesional berubah, dan adaptasi emosional ini tidak selalu mudah.
2. Kekhawatiran Tertinggal dalam Dunia Kerja
Perubahan teknologi dan dinamika industri bergerak cepat. Perempuan yang mengambil jeda karier sering khawatir tertinggal, kehilangan kompetensi, atau tidak lagi relevan.
3. Bias dari Perekrut dan Perusahaan
Gaps dalam CV masih sering dianggap negatif oleh sebagian perusahaan. Karena itu, perempuan yang kembali bekerja kerap harus menjelaskan alasan jeda karier lebih dari yang seharusnya.
4. Penurunan Kepercayaan Diri
Kurang berinteraksi dalam lingkup profesional dan rutinitas pekerjaan dapat membuat sebagian perempuan kehilangan kepercayaan diri untuk kembali bersaing.
5. Tantangan Mengatur Ulang Ritme Hidup
Kembali bekerja berarti beradaptasi kembali dengan jadwal, komitmen, serta tuntutan profesional sambil tetap mengurus urusan keluarga atau personal.
Solusi Bangkit Usai Jeda Karier
1. Memperbarui Skill Melalui Pelatihan
Mengikuti kursus singkat, webinar, atau pelatihan-baik gratis maupun berbayar-dapat meningkatkan kompetensi sekaligus percaya diri. Platform seperti Coursera, Skillshare, atau pelatihan lokal bisa menjadi pilihan.
2. Menyusun CV Berbasis Prestasi, Bukan Waktu
Alih-alih berfokus pada gap waktu, tonjolkan:
- Keahlian yang tetap digunakan selama break (mis. manajemen waktu, pengelolaan rumah tangga, organisasi komunitas)
- Proyek sampingan
- Pelatihan yang diikuti
3. Membangun dan Mengaktifkan Jaringan Profesional
Koneksi adalah kunci. Menghadiri seminar, workshop, reuni kantor, atau bergabung dengan komunitas profesional membantu membuka peluang baru dan kembali merasa "terhubung" dengan industri.
4. Mulai dengan Fleksibilitas
Jika kembali full-time terasa berat, perempuan bisa memulai dari:
- Pekerjaan paruh waktu
- Freelance
- Konsultan
- Remote work
Langkah bertahap membantu adaptasi tanpa tekanan berlebih.
5. Jadikan Pengalaman Jeda Karier sebagai Kekuatan
Career break bukan kelemahan. Banyak perempuan justru kembali dengan:
- Perspektif baru
- Kemampuan multitasking yang lebih kuat
- Wawasan hidup yang lebih matang
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)








:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)



