Jakarta, CNBC Indonesia - Industri chip tak ubahnya 'harta karun' yang jadi rebutan negara-negara ekonomi terbesar di dunia. Pasalnya, chip merupakan tulang punggung infrastruktur teknologi kecerdasan buatan (AI) yang diprediksi akan mendorong transformasi inovasi dan kehidupan manusia secara umum.
Amerika Serikat (AS) dan China sudah terlibat 'perang' untuk mendominasi industri chip agar bisa menguasai teknologi AI. Selain itu, Taiwan dan Korea Selatan juga dikenal sebagai negara produsen chip krusial dalam rantai pasok global.
Sejak era kepemimpinan Joe Biden, larangan ekspor chip dan alat pembuat chip ke China sudah dilancarkan untuk menghambat perkembangan di negeri Tirai Bambu.
Namun, langkah itu justru membawa 'berkah' bagi China yang makin kencang mengembangkan industri chip secara mandiri. Pabrikan lokal seperti Huawei menangkap peluang dan menciptakan chip sendiri untuk mengalahkan dominasi Nvidia asal AS.
China tak tanggung-tanggung menggelontorkan investasi dan subsidi pemerintah untuk pengembangan chip. Di sisi lain, AS juga makin menggenjot industri chip dalam negeri.
Terbaru, Nikkei Asia melaporkan bahwa investasi chip AS diproyeksikan akan melewati China, Taiwan, dan Korea Selatan, pada 2027 mendatang, dikutip dari Taiwan News, Senin (13/10/2025).
Investasi chip AS yang makin gencar didorong oleh kebijakan Trump yang meminta produksi semikonduktor diperkuat secara domestik.
Laporan Nikkei Asia menyebut AS akan melihat lonjakan pengeluaran untuk membangun fasilitas fabrikasi dan alat pembuat chip canggih hingga 2030 mendatang, menurut ramalan dari Semi.
Dorongan ini akan didukung oleh insentif pemerintah yang menargetkan produksi chip memori dan logika.
Lebih spesifik, investasi chip di AS dari 2027 ke 2030 diproyeksikan bisa tembus US$158 miliar (Rp2.619 triliun). Senior Director untuk Market Intelligence Semi, Tseng Jui-yu, mengatakan pertumbuhan dengan skala tersebut belum pernah terlihat di mana-mana.
"AS sepertinya akan melampaui seluruh dunia dari segi pertumbuhan berdasarkan komitmen-komitmen manufaktur semikonduktor yang telah terkonfirmasi sejauh ini," kata Tseng dalam gelaran perdagangan Semicon West di Phoenix, AS.
Ia menambahkan bahwa proyek-proyek yang dibekingi pemerintah sepertinya akan membuat pengeluaran AS melampaui para kompetitor dalam dekade ke depan.
Laporan Semi juga menunjukkan bahwa pengeluaran global untuk alat pabrik chip yang memproduksi wafer 12 inci akan mencapai NT$11,4 triliun (Rp6.159 triliun) antara 2026 dan 2028. Angka tersebut akan melampaui nilai NT$3 triliun untuk pertama kalinya, menandai pencapaian baru setelah ekspansi pasca-pandemi.
Para analis industri mengatakan lonjakan pengeluaran menunjukkan optimisme bahwa permintaan chip AI akan terus bertahan di masa depan.
Sejak perilisan ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, permintaan data center dan komputasi canggih kian membara. Hal ini mendorong peningkatan pemesanan untuk prosesor AI dan teknologi pengemasan canggih.
Para raksasa pembuat chip merespons fenomena ini dengan investasi yang memecahkan rekor di fasilitas AS. TSMC asal Taiwan telah berkomitmen untuk menggelontorkan investasi total senilai NT$5 triliun untuk banyak situs.
Sementara itu, Samsung mengeluarkan lebih dari NT$1,22 triliun di Texas. Raksasa memori AS Micron Technology menginvestasikan NT$6,1 triliun di berbagai proyek yang tersebar di Idaho, New York, dan Virginia.
Dengan komitmen-komitmen tersebut, AS diprediksi akan melampai Jepang dalam pengeluaran alat produksi chip hingga 2028. Semi memproyeksikan investasi AS untuk alat pembuat chip tembus NT$1,83 triliun dari 2026-2028.
China akan menjadi pembeli alat chip terbesar dengan estimasi pengeluaran mencapai NT$2,87 triliun di 2026-2028. Namun, fokusnya akan didominasi pada mature nodes yang lebih 'rendah', seiring pembatasan akses ekspor AS ke teknologi yang digunakan untuk prosesor kelas atas.
Korea Selatan dan Taiwan diprediksi akan menginvestasikan masing-masing NT$2,6 triliun dan NT$2,3 triliun pada periode yang sama. Eropa dan Timur Tengah secara bersamaan diprediksi akan mengeluarkan NT$427 miliar, sementara Asia Tenggara akan berinvestasi sekitar NT$366 miliar.
Proyeksi ini juga merefleksikan perkembangan baru-baru ini di antara para pemain utama AI. OpenAI baru saja mengumumkan kesepakatan jangka panjang dengan AMD untuk membeli ratusa ribu chip AI yang setara dengan kapasitas 6 gigawatt mulai akhir 2026.
Kesepakatan ini mengikuti mekanisme serupa dengan Nvidia yang akan menciptakan sistem berkinerja tinggi setidaknya berkapasitas 10 gigawatt.
Analis memprediksi pembuat chip kontrak seperti intel akan melakukan ekspansi secara agresif untuk memenuhi pesanan-pesanan tersebut. CEO Intel Lip-Bu Tan mengatakan di Semicon West bahwa perusahaan berencana melipatgandakan bisnis pengecorannya, meskipun terjadi pelemahan produksi baru-baru ini.
"Seiring chip AI menjadi makin rumit, pengemasan canggih menjadi hambatan, dan kemudian kendala kapasitas," ujarnya.
"Bagaimana cara benar-benar meningkatkan skalanya agar memenuhi permintaan, menurut saya, merupakan peluang yang luar biasa bagi Intel," ia menuturkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Diramal Jadi Raja Pasar Chip, Ini Pemicunya