Ratusan Ribu Warga Mesir Kagumi Presiden RI, Dianggap Bawa Perdamaian

3 hours ago 3
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir pada Senin (14/10/2025). Kunjungan ini dilakukan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh yang membahas perjanjian perdamaian dan penghentian perang di Gaza.

Agenda ini bukan kali pertama seorang Presiden Indonesia datang ke Mesir membawa misi besar bagi dunia. Jauh sebelum Prabowo, Presiden ke-1 RI, Soekarno, pernah melakukan hal serupa dan sambutannya kala itu mengguncang Kairo.

Pada 20 Juli 1955, Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Mesir. Menurut koran Locomotief (3 Mei 1955), kedatangan Soekarno merupakan undangan dari Perdana Menteri Mesir, Gamal Abdel Nasser, untuk mempererat hubungan kedua negara serta meningkatkan solidaritas Asia-Afrika pasca Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada April 1955.

Selama di Mesir, Soekarno mendapat sambutan luar biasa. Pesawat kepresidenan Indonesia dijemput langsung oleh satu skuadron jet tempur Angkatan Udara Mesir sejak di perbatasan hingga tiba di Bandara Internasional Kairo. Begitu pesawat mendarat, Soekarno langsung disambut oleh PM Nasser dan diarahkan untuk melakukan upacara kenegaraan.

"Setelahnya Presiden Soekarno mengenakan seragam militer memeriksa barisan kehormatan. Setelah itu, lagu Indonesia Raya dikumandangkan," ungkap koran Java Bode (20 Juli 1955).

Nasser kemudian mengajak Bung Karno menaiki mobil beratap terbuka menuju istana. Sepanjang perjalanan, ratusan ribu warga Mesir berbaris di kiri-kanan jalan sejauh 25 kilometer. 

"Sekitar 100.000 warga Mesir bersorak menyambut Presiden Soekarno saat beliau berkendara bersama PM Nasser dalam sebuah Cadillac Hitam terbuka menuju kantor PM," tulis Java Bode (21 Juli 1955).

Tak lupa, mereka juga membawa foto Soekarno, mengibarkan bendera merah-putih, serta meneriakkan "Hidup Soekarno" dan "Hidup tamu agung Mesir". Sorak sorai dan tepuk tangan mengiringi iring-iringan. Bahkan beberapa warga turut membangun gapura  di sepanjang jalur yang dilalui. Antusiasme itu membuat jalanan padat luar biasa.

"Presiden Sukarno tiba setelah berkendara selama satu setengah jam, sementara perjalanan normalnya hanya memakan waktu setengah jam," tulis Algemeen Indisch Dagblad: De Preangerbode (21 Juli 1955).

Selama di Mesir, Soekarno menerima penghargaan "Grand Cordon of the Nile" yang merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah Mesir. Menurut Java Bode (26 Juli 1955), Bung Karno juga sempat mengunjungi Piramida Giza bersama PM Nasser.

Besarnya popularitas Soekarno tak terlepas dari pandangan rakyat Mesir yang menganggap proklamator tersebut membawa perdamaian  dan politik netralitas yang konsisten menentang kolonialisme dan imperialisme.

Saat itu dunia tengah diwarnai kebangkitan kekuatan Barat yang berusaha menghidupkan kembali praktik neokolonialisme. Soekarno, yang peka terhadap situasi tersebut, secara tegas menyuarakan penolakan yang kemudian mencapai puncaknya melalui penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika.

"Pemimpin Indonesia tersebut menggaungkan sentimen revolusioner untuk kebebasan dari kolonialisme dan penegakan keadilan sosial bagi rakyat Mesir," tulis Algemeen Indisch Dagblad: De Preangerbode (1 Agustus 1955).

Kebijakan dan semangat Soekarno inilah yang kemudian memengaruhi arah politik luar negeri Mesir. Menurut koran tersebut, Mesir mulai menjauh dari pengaruh Barat dan ikut mengusung sikap anti-penjajahan. Ini selaras dengan semangat Asia-Afrika yang dibawa pria kelahiran 1901 itu.

Atas dasar inilah, beberapa media Mesir menganggap Presiden ke-1 RI itu sosok yang bisa menyatukan perbedaan. 

"Sukarno menyatukan dalam satu pribadi budaya luhur, semangat membara, kepemimpinan yang bijaksana, simpati massa, rasa religius, dan kepribadian yang mengesankan,"ungkap koran Al Ahram, dikutip media Indonesia Algemeen Indisch Dagblad: De Preangerbode (1 Agustus 1955).

Bagi Indonesia, Mesir merupakan negara yang sangat penting. Sebab, Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Hubungan ini pun terlihat dari dukungan politik Indonesia terhadap negeri Firaun itu.

Salah satunya terjadi saat Israel menyerang Mesir pada 1956. Kala itu, Soekarno langsung bereaksi keras atas serangan tersebut dan menyatakan solidaritas dengan Mesir.

"Dalam tanggapannya, Presiden Soekarno, yang berbicara atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia, mengatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berdiri bersama Mesir dalam melawan agresi," tulis koran Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode (5 November 1956).

Sampai sekarang kebesaran nama Soekarno masih terasa di Mesir. Salah satunya terlihat dari penamaan salah satu jalanan di Kairo, yakni Jl. Ahmed Sukarno.


(mfa/luc)

Next Article Presiden RI Menangis Disambut Ratusan Ribu Warga Saat Tiba di China

Read Entire Article
| | | |