Rupiah Kalah Lawan Ringgit, Utang Luar Negeri RI dari Malaysia Naik!

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang luar negeri (ULN) Indonesia dalam bentuk ringgit Malaysia naik, di tengah periode penguatan mata uang Negeri Jiran itu terhadap rupiah Indonesia beberapa waktu terakhir.

Dari sisi porsinya, ULN dalam bentuk ringgit Malaysia memang kecil dari total ULN per akhir September 2025 yang sebesar US$ 424,42 miliar. Nilainya hanya US$ 174 juta.

Tapi saat posisi ULN secara keseluruhan turun dari nilai per Agustus 2025 yang sebesar US$ 431,77 miliar, ULN dalam bentuk ringgit Malaysia malah naik 7,4% dibanding catatan per Agustus 2025 senilai US$ 162 juta.

Sebagaimana diketahui, nilai tukar ringgit terhadap rupiah memang terus menguat. Per 11 November 2025 bahkan sudah tembus ke level tertingginya sejak 2007, yakni Rp4.011/MYR. Padahal pada awal kuartal III-2025, seperti pada 11 Juli 2025 masih di level Rp 3.797,7/MYR.

Nilai ULN yang berasal dari mata uang ringgit Malaysia itu juga naik bersama dengan mata uang seperti yuan China, yakni dari Agustus 2025 sebesar US$ 11,72 miliar, menjadi hanya US$ 11,80 miliar.

Demikian juga untuk ULN dalam bentuk mata uang dolar Australia yang naik dari US$ 1,52 miliar menjadi US$ 1,53 miliar.

Sementara itu, untuk ULN dalam bentuk mata uang asing lainnya justru merosot. Misalnya, ULN dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS) yang mendominasi dengan nilai US$ 266,76 miliar per September 2025 turun dibanding posisi Agustus 2025 yang sebesar US$ 269,06 miliar.

Dalam bentuk mata uang euro juga turun dari US$ 35,91 miliar menjadi hanya US$ 35,75 miliar, demikian juga untuk ULN dalam bentuk yen Jepang yang turun dari US$ 18,78 miliar, menjadi US$ 18,50 miliar.

Sebagai informasi, ULN Indonesia per Kuartal III-2025 atau sampai dengan akhir September 2025 senilai US$ 424,4 miliar dan turun dibanding catatan per Kuartal II-2025 yang sebesar US$ 432,3 miliar, disebabkan sejumlah faktor.

Di antaranya ialah komponen ULN terbesar, yakni ULN pemerintah pada kuartal III-2025 tercatat hanya sebesar US$ 210,1 miliar atau secara tahunan tumbuh 2,9% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 10,0% (yoy) pada kuartal II-2025.

"Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," dikutip dari siaran pers BI, Senin (17/11/2025).

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (23,1% dari total ULN Pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (20,7%), Jasa Pendidikan (17,0%), Konstruksi (10,7%), Transportasi dan Pergudangan (8,2%), serta Jasa Keuangan dan Asuransi (7,5%).

Posisi ULN pemerintah tersebut didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah.

Sementara itu, untuk ULN swasta tercatat sebesar US$ 191,3 miliar pada kuartal III-2025, lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada kuartal II-2025 sebesar US$ 193,9 miliar. Secara tahunan, ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,2% (yoy) menjadi sebesar 1,9% (yoy).

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang terkontraksi sebesar 3,0% (yoy) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang terkontraksi sebesar 1,7% (yoy).

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan & Penggalian, dengan pangsa mencapai sekitar 81% terhadap total ULN swasta.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Rupiah Dibuka Turun ke Rp 16.290 per Dolar AS

Read Entire Article
| | | |