Tekanan ke Rupiah Makin Brutal, Indonesia Menunggu Jurus Pamungkas BI

2 hours ago 1
  • Pasar di Indonesia mengalami pelemahan secara keseluruhan baik dari saham, SBN, maupun nilai tukar Rupiah
  • Wall Street kembali ambruk berjamaah pada perdagangan kemarin dipicu kekhawatiran mengenai AA
  • Pengumuman BI-rate dan gejolak Wall Street bisa menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ambruk berjmaah pada perdagangan kemarin, baik saham dan rupiah melemah.

Pasar keuangan hari ini diperkirakan masih bergejolak pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bak roller-coaster pada perdagangan kemarin, Selasa (18/11/2025). Setelah dibuka menguat tipis, IHSG melanjutkan penguatan di awal sesi sebelum balik arah tertekan dalam, memangkas koreksi hingga turun lagi di akhir perdagangan.

Pada penutupan perdagangan, IHSG terkoreksi 54,96 poin atau melemah 0,65% ke level 8.361,92. Sebanyak 230 saham naik, 418 turun, dan 162 tidak bergerak.

Nilai transaksi mencapai Rp 19,56 triliun yang melibatkan 40,85 miliar saham dalam 2,52 juta kali transaksi.

Nyaris seluruh sektor perdagangan melemah dengan koreksi terbesar dicatatkan sektor kesehatan energi dan industri. Sedangkan sektor properti menjadi satu-satunya yang mengalami penguatan kemarin.

Saham Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan pelemahan terbesar hingga 10,76 indeks poin dan diikuti oleh saham Barito Pacific (BRPT)

Kemudian ada juga saham-saham ekstraksi dan energi tercatat menjadi beban utama IHSG kemarin.

Saham emiten tambang lain yang ikut terkoreksi dalam termasuk Bayan Resources (BYAN), Merdeka Copper Gold (MDKA), Adaro Andalan Indonesia (AADI), United Tractors (UNTR) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN).

Sementara itu sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat masuk dalam penopang IHSG untuk tidak jatuh lebih dalam di zona merah.

Rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (18/11/2025).

Melansir data Refinitiv, nilai tukar rupiah kembali tertekan dari greenback dengan melemah 0,18% ke posisi Rp16.735/US$. Level ini menjadi penutupan terendah sejak 26 September 2025.

Sepanjang perdagangan, rupiah sempat dibuka stagnan di level Rp16.720/US$ sebelum mengalami tekanan dan menyentuh titik terlemah secara intraday di Rp16.763/US$, sebelum pelemahan akhirnya sedikit berkurang menjelang penutupan.

Di saat yang bersamaan, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB tengah mengalami pelemahan sebesar 0,12% atau turun ke level 99,470.

Pelemahan rupiah juga terjadi bertepatan dengan berlangsungnya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18-19 November 2025. Para pelaku pasar menantikan keputusan penting terkait arah suku bunga BI, apakah akan kembali dipertahankan atau akan melakukan pemangkasan lanjutan.

Sebagai pengingat, pada RDG sebelumnya yang berlangsung pada 21-22 Oktober 2025, BI memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% setelah sepanjang 2025 melakukan pemangkasan dengan total 125 basis poin (bps).

Keputusan kali ini dinilai krusial bagi stabilitas nilai tukar, terutama dengan arus modal asing yang masih terus keluar dari pasar keuangan domestik, terutama dari pasar surat berharga negara (SBN).

Lanjut ke pasar keuangan di mana imbal hasil dari Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 Tahun tidak mengalami perubahan signifikan imbas hasil dari adanya RDG pada waktu mendatang sehingga investor masih wait and see terhadap surat utang.

SBN 10 Tahun mengalami sedikit kenaikan dari level 6.141% ke level 6.142% naik sebesar 0.001 poin dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Pages

Read Entire Article
| | | |