Jakarta, CNBC Indonesia- Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menurunkan bahkan menghapus tarif impor bagi sejumlah komoditas pangan termasuk kopi dan kakao langsung mengubah peta perdagangan global.
AS adalah importir terbesar kedua kopi dunia dan konsumen utama cokelat, sehingga setiap perubahan kebijakan tarif otomatis mengguncang rantai pasok internasional.
Langkah Trump bukan tiba-tiba, jika ditelusuri kembali, selama 2025, tarif impor tinggi terutama untuk komoditas seperti kopi, kakao, dan daging sapi memicu lonjakan harga belanja rumah tangga di AS.
Dengan inflasi bahan pangan yang mulai meresahkan, tekanan politik dan publik memaksa Gedung Putih untuk membalik arah kebijakan dan memberi insentif melalui pembebasan tarif untuk produk yang tidak diproduksi di AS, termasuk kopi dan kakao.
Bagi Indonesia, kebijakan ini datang pada waktu yang relatif strategis. Indonesia adalah salah satu eksportir utama kopi dan kakao ke AS.
Sepanjang 2024, nilai ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$299,15 juta menurut database COMTRADE PBB. Angka tersebut masih tertinggal dari Vietnam (US$363,96 juta) dan jauh di bawah Brasil (US$2,01 miliar), tetapi tetap mencerminkan posisi Indonesia yang kuat sebagai pemasok niche specialty beans dan campuran robusta.
Dengan turunnya tarif, permintaan kopi impor di AS diperkirakan meningkat, terutama produk yang tidak memiliki substitusi domestik. Karena AS tidak memproduksi biji kopi, importir akan cenderung mencari pemasok yang mampu memberi harga kompetitif dan kontinuitas suplai.
Di titik ini, Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi ketergantungan pasar pada Brasil dan Vietnam dengan menawarkan diversifikasi sumber.
Dari sisi daya saing, tren produksi kopi Indonesia sedang kondusif. USDA menunjukkan produksi kopi nasional 2025/26 akan naik menjadi 11,3 juta bags, dengan peningkatan 550.000 bags dari tahun sebelumnya, terutama didorong oleh panen robusta di Sumatra Selatan dan Jawa.
Kenaikan produksi ini memberi ruang ekspor lebih besar di tengah kebangkitan permintaan dari Amerika Serikat.
Momentum serupa juga terlihat pada kakao. Di saat harga global melonjak akibat gagal panen di Pantai Gading dan Ghana, Indonesia justru mencatat peningkatan ekspor kakao ke AS. Sepanjang 2024, nilai ekspor kakao dan produk kakao Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$318,33 juta. Dengan tarif yang kini lebih rendah, pelaku industri kakao RI berpeluang memaksimalkan margin dan memperluas penetrasi ke pasar manufaktur cokelat di AS.
Meski demikian, peluang bukan berarti tanpa risiko.
Brasil diperkirakan akan bergerak agresif dengan penawaran volume besar karena sebelumnya terpukul tarif tinggi. Vietnam juga tengah meningkatkan produktivitas dan kapasitas pemrosesan, menjadikannya kompetitor yang berbahaya di pasar kopi campuran dan soluble coffee. Indonesia perlu menyiapkan strategi, bukan hanya mengandalkan kenaikan permintaan otomatis dari mitigasi tarif.
Di lini hulu, peningkatan produksi kopi dan kakao dalam negeri perlu dijaga dengan stabilitas harga petani, ketersediaan pupuk, dan investasi pabrik pengolahan.
Industri kopi soluble Indonesia juga mulai menunjukkan peran penting, karena nilai tambah yang lebih tinggi mampu meningkatkan margin ekspor. Di pasar kakao, peluang terbesar ada pada kategori intermediate products (butter, liquor, powder), bukan bahan mentah.
Di sisi hilir, eksportir harus memperkuat kontrak jangka panjang dengan importir, roastery, hingga produsen cokelat di AS agar permintaan tetap stabil bahkan ketika kebijakan tarif kembali berubah. AS dikenal dengan volatilitas kebijakan perdagangan di bawah pemerintahan Trump, sehingga kepastian distribusi menjadi kunci.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5292881/original/016928800_1753267680-WhatsApp_Image_2025-07-23_at_17.02.21.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5290440/original/054693900_1753109793-20250721AA_Piala_AFF_U-23_Indonesia_U-23_Vs_Malaysia-19.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5289104/original/019007300_1753020520-WhatsApp_Image_2025-07-20_at_7.39.14_PM.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5295668/original/003518200_1753490643-vie_2.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5255125/original/011605200_1750149296-_Timnas_Indonesia_U-23_-_Jens_Raven__Dony_Tri_Pamungkas__Kdek_Arel_Priyatna__background_Gerald_Vanenburg_copy.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5294962/original/091757100_1753426328-SnapInsta.to_523144936_1283178553162979_2047566670970110161_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5290442/original/095610800_1753109794-20250721AA_Piala_AFF_U-23_Indonesia_U-23_Vs_Malaysia-03.JPG)