WHO Tiba-Tiba Warning Ada Nikotin di Produk Anak-Anak

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan keras terkait maraknya produk nikotin seperti rokok elektrik sekali pakai dan kantong nikotin rasa permen yang dinilai semakin menyasar anak-anak dan remaja. WHO menyebut tren ini memicu gelombang kecanduan baru di kalangan muda.

Dalam pembukaan konferensi global pengendalian tembakau (FCTC COP11), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam agresivitas industri nikotin dalam memasarkan produk-produk tersebut ke pelajar.

"Sekolah adalah garda terdepan baru dalam perang melawan tembakau dan nikotin, di mana perusahaan-perusahaan secara aktif merekrut generasi pecandu," kata Tedros, seperti dikutip AFP, Selasa (18/11/2025).

WHO mengutip laporan terbaru yang memperkirakan hampir 15 juta remaja di dunia kini menggunakan rokok elektrik. Tedros menambahkan bahwa meski konsumsi tembakau di kalangan anak muda turun sepertiga dalam dua dekade terakhir, hal itu justru memicu industri menciptakan produk baru yang tampil lebih menarik bagi remaja.

"Produsen tembakau mengembangkan produk baru untuk menarik pelanggan baru," ujarnya.

Tedros juga membantah klaim bahwa vape dan produk nikotin modern lebih aman atau efektif sebagai alat berhenti merokok. "Tidak ada bukti manfaat bersih bagi kesehatan masyarakat dan semakin banyak bukti bahayanya," tegasnya.

WHO mencatat prevalensi vaping remaja di 63 negara rata-rata sembilan kali lebih tinggi daripada orang dewasa. "Perusahaan-perusahaan ini tidak termotivasi oleh pengurangan bahaya, tetapi oleh keuntungan bagi pemegang saham," ujar Tedros.

WHO kini mendesak semua negara memperketat aturan terhadap kantong nikotin, rokok elektrik, dan tembakau yang dipanaskan, setidaknya setara dengan regulasi rokok konvensional. Ia memuji negara-negara yang sudah mengambil langkah melarang total produk tersebut, seraya menegaskan negara lain minimal wajib memberlakukan kontrol ketat terhadap rasa, kemasan, pemasaran, dan batas usia.

"Negara-negara yang belum melarang harus menerapkan kontrol ketat terhadap rasa, kemasan, pemasaran, serta penegakan batas usia," tutup Tedros.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article WHO Tembus Gaza, Bantuan Medis Didistribusikan Lewat Puluhan Truk

Read Entire Article
| | | |