Jakarta, CNBC Indonesia - Dari reruntuhan Roma hingga heningnya istana di Praha, sejarah menyimpan catatan ironis seperti negara-negara yang pernah berkuasa, kini bahkan tak disebut dalam peta. Fenomena ini bukan sekadar sejarah lama ia adalah cermin tentang rapuhnya batas, identitas, dan kekuasaan.
Dilansir dari Britannica, berikut adalah beberapa negara yang pernah ada lalu hilang :
Ambil contoh Uni Soviet, raksasa ideologi dan militer yang dalam satu dekade berubah dari superpower menjadi kumpulan negara merdeka. Kekuatannya tak terkalahkan di luar, tapi hancur dari dalam: ekonomi mandek, birokrasi membatu, dan suara-suara kecil dari republik-republik kecil akhirnya
"Negara bisa lahir dalam semalam. Tapi yang tak disadari: negara juga bisa menghilang sebelum matahari terbit esok harinya."
Tak kalah dramatis, Yugoslavia eksperimen idealistik menyatukan bangsa Balkan berubah menjadi mimpi buruk etnis yang berdarah. Negara ini bubar bukan karena kalah perang, tapi karena rakyatnya saling mencurigai, pemimpinnya saling menebar kebencian, dan dunia menonton sambil berunding.
Yang lebih sunyi tapi tak kalah pedih: Tibet. Pernah berdiri sebagai negara berdaulat, kini menyandang status "daerah otonomi" di bawah kendali ketat. Dunia tahu, tapi dunia bungkam. Seolah ada hierarki dalam penderitaan geopolitik.
Tak semua perpisahan berdarah. Cekoslowakia membuktikan bahwa dua bangsa bisa berpisah tanpa peluru melalui kesepakatan damai yang dikenal sebagai "Velvet Divorce". Tapi tetap saja, di balik senyum diplomatik itu, selalu ada narasi kehilangan yang tak selalu tertulis.
Lalu bagaimana dengan Prusia, Republik Venesia, atau Kerajaan Hawaii? Mereka lenyap bukan karena lemah, tapi karena sejarah punya agenda sendiri. Aliansi berubah, perang datang, atau dalam kasus Hawaii investor Amerika lebih cepat daripada hukum internasional.
Di tengah gelombang globalisasi dan konflik modern, kita diingatkan: tak ada negara yang terlalu besar untuk gagal, dan tak ada identitas nasional yang kebal terhadap waktu. Di era ketika gerakan separatis dan unifikasi kembali menguat, mungkin kita sedang menyaksikan halaman awal dari daftar negara yang akan "hilang berikutnya". Karena sejarah, sebagaimana kita tahu, tidak pernah selesai. Ia hanya menunggu negara berikutnya untuk dijadikan pelajaran.
CNBC INDONESIA RESEARCH