Jakarta, CNBC Indonesia - Harga konsumen di China jatuh bulan lalu pada laju tercepatnya dalam enam bulan. Hal ini ditunjukkan oleh data resmi pada Rabu (10/9/2025), saat Beijing berjuang untuk menyalakan kembali permintaan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China (NBS), Indeks Harga Konsumen (IHK), tolok ukur utama inflasi, turun 0,4% secara tahunan pada Agustus. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan penurunan 0,2% dalam survei ekonom Bloomberg dan menandai penurunan tertajam sejak penurunan 0,7% pada Februari.
Ahli statistik NBS Dong Lijuan mengaitkan penurunan tahunan IHK dengan efek dasar yang tinggi, selain kenaikan harga pangan yang di bawah tingkat musiman. Pasalnya, diketahui harga konsumen pada Agustus 2024 naik 0,6%.
"Harga gerbang pabrik juga turun bulan lalu, tetapi pada laju yang lebih lambat dari bulan-bulan terakhir," kata NBS, dikutip AFP.
Lalu, untuk Indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga barang sebelum memasuki grosir atau distribusi, turun 2,9%. Ini merupakan perbaikan dari penurunan 3,6% pada Juli dan sejalan dengan perkiraan Bloomberg.
Beberapa tahun belakangan, Beijing telah berupaya melawan lesunya belanja domestik yang terseret oleh kemerosotan berkepanjangan di pasar properti yang luas, seiring dengan tantangan yang dihadapi ekspornya. Saat negara-negara Barat besar menghadapi momok inflasi, para pemimpin China berupaya melawan harga yang stagnan atau jatuh.
Deflasi ini pun juga melemahkan kepercayaan investor. Bahkan mengancam target pertumbuhan resmi Beijing untuk tahun ini, yaitu sekitar 5%.
"Meskipun inflasi yang mendasari sebenarnya meningkat belakangan ini, hal ini sebagian besar mencerminkan faktor-faktor sementara daripada perbaikan berarti dalam ketidakseimbangan pasokan-permintaan yang mendasari," tulis ekonom China di Capital Economics, Zichun Huang, dalam catatannya.
"Dengan permintaan domestik yang lemah dan kelebihan kapasitas yang persisten, kami ragu akan ada banyak perbaikan dalam lingkungan deflasi China dalam waktu dekat," tambahnya.
China telah berjuang untuk mempertahankan pemulihan ekonomi yang kuat dari pandemi, karena mereka melawan krisis utang di sektor propertinya yang besar, konsumsi yang rendah secara kronis, dan meningkatnya pengangguran kaum muda. Data resmi pekan ini menunjukkan ekspor pada Agustus meningkat 4,4% secara tahunan tetapi meleset dari perkiraan.
Ekspor ke Amerika Serikat (AS), mitra dagang tunggal terbesar China, terus menurun. Ini seiring dengan ketegangan perdagangan antara Beijing dan Washington yang memanas.
(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Apa China? Bank Sentral Pangkas Suku Bunga, Terendah dalam Sejarah