Asing Masih Ramai Kabur, Sanggupkah IHSG dan Rupiah Bangkit?

5 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia kompak melemah, bursa saham dan rupiah sama-sama melemah
  • Wall Street berpesta pora dan mencetak rekor
  • Dampak reshuffle kabinet dan data ekonomi AS akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air sepanjang perdagangan kemarin Selasa (9/9/2025) kompak jeblok. Bursa saham dan rupiah sama-sama  melemah.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih volatile hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 1,78% ke posisi 7.627,60. Sudah tiga hari indeks pasar saham RI terjerembab di zona merah. 

Transaksi yang terjadi sepanjang hari kemarin terbilang ramai sampai Rp24,85 triliun, melibatkan 39,66 miliar lembar saham yang berpindah 2,36 juta kali. Adapun 222 saham menguat, 465 saham melemah, dan 118 saham stagnan.

Asing keluar cukup deras dari pasar saham pada kemarin sampai Rp4,55 triliun.

Saham perbankan big caps paling banyak dilego, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diguyur sampai Rp2,10 triliun, diikuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp1,37 triliun, lalu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing Rp468,6 miliar dan Rp223,5 miliar.

Seiring dengan arus keluar dana asing itu, pasar nilai tukar juga merespon terlihat dari rupiah yang bertekuk lutut terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Merujuk data Refinitiv, rupiah melemah signifikan pada kemarin sampai 1,04% ke posisi Rp16.470/US$.

Pelemahan rupiah ini sekaligus menandai pelemahan harian terbesar sejak 8 April 2025, yang kala itu rupiah melemah 1,84% imbas dari pengumuman resiprokal tarif Presiden AS Donald Trump.

Pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa kemarin masih dipengaruhi oleh pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa yang resmi diumumkan pada Senin sore (8/9/2025), artinya setelah perdagangan rupiah ditutup, sehingga efeknya baru terasa pada perdagangan kemarin.

Menurut Rully Wisnubroto, Ekonom senior Mirae Asset Sekurita Indonesia, pergantian ini memberi sinyal adanya pergeseran arah kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Prabowo.

"Hal ini akan sangat berpengaruh karena merupakan sebuah sinyal pergeseran arah kebijakan ekonomi untuk memperkuat kendali dan menekankan prioritas baru," ujar Rully.

Rully turut memperkirakan akan adanya tren pelemahan pada nilai tukar rupiah, indeks saham gabungan (IHSG), hingga pasar obligasi dalam beberapa hari kedepan.

Pasar obligasi pada kemarin juga ikut terkoreksi, terpantau dari yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun yang mengalami kenaikan sebesar 3,6 basis poin (bps) dari 6,42% menjadi 6,46%.

Perlu dipahami dalam pergerakan obligasi, harga dan yield itu berlawanan arah. Jadi, kalau yang terjadi saat ini yield naik, artinya harga tengah koreksi yang menunjukkan investor banyak jualan.

Pages

Read Entire Article
| | | |