Jakarta, CNBC Indonesia - Produk turunan sawit Indonesia sudah semakin banyak di pasaran, dari yang semula puluhan namun kini sudah menjadi ratusan jenis saat ini. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Lila Harsyah Bakhtiar mengungkapkan bahwa perkembangan itu terjadi karena inovasi sehingga menghasilkan produk terbaru.
"Di akhir tahun 2011, tercatat jumlah/jenis produk turunan kelapa sawit yang dapat dihasilkan oleh industri dalam megerihanya sekitar 48 jenis produk. Sedangkan di akhir tahun 2024, perkembangan jumlah atau jenis produk turunannya meningkat menjadi lebih dari 195 jenis produk," kata Lila dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) mengenai Perpres 16/2025 ISPO untuk Industri Sawit Berkelanjutan di Wisma Tani, Rabu (4/6/2025).
Sementara itu produksi minyak goreng sawit untuk pangan melebihi kebutuhan nasional (over supply), dengan total kebutuhan tahun 2024 mencapai 6,42 juta ton dengan proyeksi pertumbuhan pada tahun 2025 sekitar 1,5-2%.
Program minyak goreng rakyat Domestic Market Obligation (MGE DMO) dalam bentuk Minyakita hanya sebesar 3,5 Juta Ton. Hal itu memungkinkan sawit digunakan untuk turunan produk lain.
Di hulu, pohon Industri Sawit Fase I berubah menjadi Tandan Buah Sawit (TBS) , Buah Sawit/Brondolan, Crude Palm Oil (CPO) , Biji/Inti Sawit , Cangkang Sawit , Serat Sawit/Fiber, Tandan Kosong Sawit serta POME (Palm Oil Mill Effluent).
Hasil akhirnya dari pangan berbasis sawit terbagi menjadi produk pangan seperti minyak goreng sawit, margarin, lemak roti, confectionary (pengganti lemak coklat), bio-emulsifier. Kemudian Arah pengembangan dari pangan fungsional dan fitonutrient berbasis sawit seperti Betacarotene, Tocopherol, Tocotrienol)
"Target investasi yakni industri minyak sawit menjadi specialty fat atau lemak pangan, industri ekstraksi - encapsulasi fitonutrient berbasis sawit, industri pakan berbasis bungkil sawit," sebut Lila.
Sedangkan di luar pangan seperti packaging telah dikembangkan prototype material baru dari serat kelapa sawit sebagai bahan baku alternatif kantong kertas nursery sawit, kulit tiruan (artificial leather), bahan sepatu/sneakers, hingga helm - rompi anti peluru.
"Termasuk telah dirintis pengolahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menjadi prekursor/bahan baku pembuatan cellulosic bioethanol, biopolimer, bioplastics, hingga bahan baku asam organik bernilai tambah tinggi," ujar Lila.
(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Produsen Minyak Goreng Ungkap Sebab Kecurangan Minyakita!
Next Article Pengusaha Sawit Siap-Siap, Prabowo Mau Lakukan Ini