Eropa Siapkan 'Bom' Baru untuk Rusia, Mesin Uang Putin di Ujung Tanduk

20 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah intensitas serangan Rusia yang terus meningkat ke wilayah Ukraina, negara-negara besar Eropa menyatakan kesiapan mereka untuk mengambil langkah lebih keras terhadap Moskow, termasuk melalui sanksi tambahan yang menyasar sektor energi dan perbankan.

Pernyataan tegas ini disampaikan dalam pertemuan para menteri luar negeri Eropa yang berlangsung di Roma, Kamis (12/6/2025), dan menandai fase baru dalam upaya internasional untuk melemahkan mesin perang Rusia.

Pertemuan tingkat tinggi ini dihadiri oleh para menteri luar negeri dari Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Spanyol, Inggris, serta perwakilan dari Uni Eropa. Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dan seorang wakil dari pemerintah Ukraina turut hadir dalam diskusi tersebut.

"Kami menegaskan kembali kesiapan kami untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia seiring dengan terus ditolaknya komitmen serius dan kredibel oleh Moskow, termasuk melalui sanksi tambahan dan langkah-langkah untuk menangkal upaya penghindaran sanksi tersebut," kata mereka dalam pernyataan bersama usai pertemuan, dilansir Reuters.

Langkah ini muncul bersamaan dengan meningkatnya intensitas serangan Rusia terhadap Ukraina, yang oleh Moskow diklaim sebagai balasan atas serangan Ukraina ke wilayah Rusia dalam beberapa pekan terakhir.

Di sisi lain, upaya damai yang dilakukan melalui pertemuan di Istanbul pada awal bulan ini belum membuahkan hasil. Pembicaraan antara perwakilan Rusia dan Ukraina di kota tersebut berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata, meskipun Ukraina, sekutu-sekutu Eropanya, dan Amerika Serikat telah lama mendesak Rusia untuk menghentikan agresinya.

"Kami siap untuk segera mengadopsi langkah-langkah baru (khususnya di sektor energi dan perbankan) yang bertujuan melemahkan upaya perang Rusia."

Mereka menegaskan bahwa aset-aset negara Rusia yang dibekukan akan tetap ditahan hingga Moskow menghentikan agresinya dan membayar kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkan.

Sekitar US$300 miliar aset negara Rusia telah dibekukan oleh negara-negara G7 sejak invasi ke Ukraina dimulai pada tahun 2022. Tahun lalu, negara-negara G7 juga menyepakati untuk memberikan pinjaman sebesar US$50 miliar kepada Ukraina.

Pinjaman itu akan dibayar kembali oleh Kyiv melalui keuntungan (windfall profit) yang diperoleh dari aset-aset beku milik Rusia tersebut.

Dalam pernyataan yang sama, para menteri luar negeri juga menyinggung soal penguatan kerja sama militer dan keamanan dengan Ukraina.

"Kami siap untuk meningkatkan dukungan kami, termasuk melalui peningkatan kerja sama industri pertahanan dengan Ukraina, serta menjajaki bentuk-bentuk tambahan kerja sama di bidang keamanan dan pertahanan."

Namun, tidak ada rincian lebih lanjut yang disampaikan mengenai bentuk kerja sama baru yang sedang dipertimbangkan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Trump-Putin 'Main Belakang' di Perang Ukraina, Eropa Uring-uringan

Read Entire Article
| | | |