Fakta TV Mahal 8K Dibongkar oleh Peneliti, Cek Sebelum Beli Mahal

9 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi terus berkembang dan selalu menawarkan sesuatu yang lebih canggih dari sebelumnya. Salah satunya adalah televisi ultra-high-definition (UHD) seperti 4K dan 8K kini makin marak ditawarkan produsen global.

Namun, riset terbaru mengungkap bahwa kemampuan otak manusia ternyata tak secepat perkembangan teknologi tersebut. Bahkan, gambar super tajam justru bisa menjadi sebuah pemborosan dan berpotensi membebani kinerja otak serta perangkat.

Penelitian dari University of Cambridge bersama Meta Reality Labs menemukan bahwa peningkatan resolusi TV hingga 8K mungkin tidak lagi memberi manfaat visual yang signifikan bagi manusia. Pasalnya, mata dan otak manusia memiliki batas dalam mengenali detail gambar, terutama dalam warna.

Di ruang keluarga berukuran standar, manusia tidak akan merasakan perbedaan "ketajaman" signifikan antara layar televisi dengan resolusi 4K dan 8K dengan layar resolusi 2K yang biasanya digunakan di monitor komputer atau laptop.  

"Jika Anda sudah memiliki televisi 44 inci 4K dan menontonnya dari jarak 2,5 meter, gambarnya sudah lebih detail dari apa yang bisa dilihat mata manusia. Upgrade ke versi 8K dengan ukuran yang sama, tidak akan terlihat lebih tajam," kata Maliha Ashraf peneliti utama dalam penelitian tersebut, seperti dikutip oleh The Guardian.

Dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal Nature Communications ini, para peneliti menguji batas resolusi penglihatan manusia menggunakan pola digital dengan detail sangat halus, mirip dengan tes penglihatan di dokter mata.

Hasilnya, ketajaman penglihatan rata-rata mencapai 94 pixels per degree (PPD) untuk gambar hitam-putih, namun turun menjadi 89 PPD untuk warna merah-hijau, dan hanya 53 PPD untuk warna kuning-ungu.

Artinya, makin tinggi resolusi gambar berwarna, makin sedikit informasi yang bisa benar-benar diproses oleh otak manusia. Dengan kata lain, mata manusia tidak mampu sepenuhnya memanfaatkan jutaan piksel tambahan pada TV UHD.

"Otak kita tidak memiliki kapasitas besar untuk mendeteksi detail warna, terutama ketika gambar dilihat dari sisi penglihatan," jelas Mantiuk. "Mata kita pada dasarnya hanyalah sensor yang tidak terlalu sempurna, tetapi otak kita memproses data itu menjadi apa yang menurutnya kita lihat," imbuhnya.

Pendekatan baru ini memberikan pemahaman lebih baik tentang apa yang sebenarnya bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Temuan ini diharapkan dapat membantu produsen dalam merancang teknologi yang benar-benar bermanfaat bagi mayoritas populasi, bukan sekadar menciptakan televisi luar biasa untuk mata yang super tajam.

"Jika Anda memiliki lebih banyak piksel di layar, perangkat itu menjadi kurang efisien, lebih mahal, dan membutuhkan daya pemrosesan yang lebih besar," kata Profesor Rafał Mantiuk, salah satu peneliti dari Departemen Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Cambridge, dikutip dari IFL Science, Selasa (28/10/2025).


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |