Fenomena: Warga RI Ogah Nabung, Pilih Borong Emas

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Instrumen investasi pilihan masyarakat Indonesia kini bergeser. Menyimpan uang di bank kini bukan lagi menjadi perilaku masyarakat Indonesia dalam memupuk kekayaan. Masyarakat Indonesia kini lebih suka menyimpan uang dalam bentuk emas dan menjadikannya sebagai instrumen investasi yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan hanya menyimpan uang di bank.

Hal ini terbukti dari merosotnya Dana Pihak Ketiga (DPK) perorangan yang menggambarkan dana yang disimpan oleh individu atau rumah tangga di bank, berupa giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito).

Sejak November 2024 hingga Februari 2025, secara tahunan DPK Perorangan jatuh atau terkontraksi.

Per Februari 2025, DPK Perorangan secara total turun dari Rp4.012,3 triliun (Januari 2025) menjadi Rp3.998,7 triliun (Februari 2025) atau terkontraksi 1,8% yoy.

Dilihat dari jenisnya, kontraksi terjadi pada giro dan simpanan berjangka atau deposito.

Sebagai catatan, simpanan berjangka adalah jenis simpanan di bank yang memiliki jangka waktu tertentu sebelum dapat dicairkan, biasanya dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. Simpanan ini sering disebut juga sebagai deposito berjangka.

Per Februari 2025, DPK Simpanan Berjangka atau Deposito untuk nasabah perorangan mengalami kontraksi 5,8% yoy dan telah turun sejak Agustus 2024 atau selama tujuh bulan beruntun.

Dengan aksi tidak melakukan re-invest pasca jatuh tempo, hal ini menandakan bahwa masyarakat cenderung menggunakan uangnya untuk konsumsi apalagi mendekati momen Ramadhan daripada ditabung di bank.

Penarikan deposito juga mencerminkan masyarakat lebih mengambil simpanan mereka yang diperuntukkan untuk jangka panjang.

Kini bukan tabungan maupun deposito pilihan simpanan bagi masyarakat. Emas kini menjadi salah satu instrumen menabung sekaligus investasi bagi banyak masyarakat Indonesia.

Emas Jadi Pilihan
Melonjaknya harga emas sejak awal tahun ini mulai membuat masyarakat Indonesia goyah. Menjelang Lebaran Idul Fitri hingga sekarang, masyarakat Indonesia bahkan demam investasi emas. 
Antrian panjang sejak dini hari di sejumlah outlet penjual emas menjadi bukti bahwa emas kini menjadi buruan.

Harga emas yang naik sangat cepat dan begitu signifikan mendorong masyarakat Indonesia berbondong-bondong memborong emas bahkan rela mengantri dari subuh hingga berjam-jam.

Data Pegadaian Galeri 24 menunjukkan permintaan emas melonjak drastis pada Rabu-Jumat (9-11/4/2025) atau berbarengan dengan melonjaknya harga emas.

Menurut Galeri 24 Pegadaian, permintaan setiap outlet mereka rata-rata mengalami permintaan hingga tiga kali lipat.

Penjualan emas Batangan selama tiga hari pada periode Rabu-Jumat ( 9-11/4/2025) menembus 170,8 Kilogram (kg). Sementara itu, penjualan emas perhiasan pada tiga hari terakhir (9-11/4/2025) sejumlah mencapai 4,2 Kg.

Bila kita pakai harga rata-rata sebesar Rp 1,8 juta maka penjualan emas Batangan menembus tersebut dirupiahkan maka angkanya menembus Rp 307,440 miliar
Peminat emas paling besar adalah untuk kategori emas batangan 5gram, 10gram, 25gram, 50 gram dan 100gram.

Terpantau harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk tetap menembus rekor baru pada hari ini, Rabu (23/4/2025). Di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung, harga emas Antam hari ini tercatat sebesar Rp2.039.000.

Jika dihitung kenaikannya sejak akhir Desember 2024 yang berada di harga Rp1.515.000 per gram, maka harga emas Logam Mulia telah mencatatkan kenaikan sebesar 35% hingga perdagangan hari ini.

Kenaikan harga emas Logam Mulia Antam sejalan dengan kenaikan harga emas dunia yang terus menembus rekor baru hingga US$3.500,05 pada Selasa (22/4/2025), dan mencatatkan kenaikan hingga 33%.

Bos CT Corp yang juga mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian periode 2014, Chairul Tanjung mengatakan, emas menjadi incaran masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia saat ini karena dianggap sebagai aset aman atau safe haven tatkala aset lain seperti dolar AS dan harga-harga komoditas yang tengah terpuruk.

"Yang naik hanya emas, karena dia sebagai pengganti currency safe haven daripada dolar yang melemah maka emas yang akan naik," kata pria yang akrab disapa CT itu dalam diskusi panel The Yudhoyono Institute, di Jakarta, dikutip Selasa (15/4/2025).

Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pergerakan investasi global kini mulai mengalami pergeseran. Dahulu mayoritas investasi surat utang atau obligasi mengalir ke Amerika Serikat (AS), kini mulai bergeser ke pasar negara berkembang (emerging markets).

Namun, menurut Perry, pergeseran yang paling signifikan adalah investasi emas.

"Untuk SBN, obligasi yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta sudah mulai ada pergeseran ini mulai baik ke emerging market, sebagian ya, belum kuat ya, tapi yang besar adalah pergeseran ke emas investasi ke emas," ujar Perry dalam RDG BI, dikutip Kamis (20/3/2025).

Hal ini didorong oleh ketidakpastian global itu tetap tinggi yang dipicu oleh pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
| | | |