Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah menetapkan proyeksi harga batu bara yang akan menjadi panduan sepanjang tahun ini, di tengah tren harga yang masih tertekan. BUMI memperkirakan harga batu bara akan berada di kisaran US$ 64 per ton hingga US$ 69 per ton.
Lebih lanjut, harga batu bara di tambang milik anak usaha BUMI yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) diperkirakan berada di kisaran US$ 70-75 per ton. Sementara untuk PT Arutmin Indonesia berkisar US$ 50-55 per ton.
Director/Chief Financial Officer BUMI, Andrew Beckham mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir harga batu bara global stagnan atau tidak bergerak. Jika berkaca dari 2024, tahun ini harga batu bara diperkirakan akan lebih rendah, namun tergolong stabil.
"Seperti yang bisa kita lihat selama bertahun-tahun, harga-harga cukup fluktuatif tetapi jika Anda lihat pada tahun 2024 dan 2025 untuk saat ini sedikit turun tetapi cukup stabil," ujar Andrew dalam webinar, dikutip Rabu (23/4/2025).
Menurutnya, pergerakan harga batu bara cukup dipengaruhi oleh ketidakpastian yang terjadi di pasar global. Pada 2024 lalu, sentimen seperti dinamika pemilihan umum (Pemilu) dan konflik geopolitik di berbagai negara turut berdampak pada arah harga batu bara. Berlanjut pada 2025, harga batu bara juga terdampak oleh perang tarif yang diawali oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Terlepas dari stagnansi harga batu bara, BUMI tetap berupaya untuk memacu produktivitas pada masing-masing tambangnya. Pada 2025, BUMI menargetkan dapat memproduksi 79-81 juta ton batu bara.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 55 juta-56 juta ton batu bara akan dikontribusikan oleh KPC, sedangkan Arutmin akan menyumbang produksi batu bara sekitar 25-26 juta ton.
"Kita menargetkan 79-81 juta ton, 55-56 juta di KPC, dan di Arutmin, 25-26 juta ton," imbuh Andrew.
Selain itu, BUMI juga memproyeksikan biaya produksi batu bara pada 2025 sekitar US$ 44-46 per ton pada 2025, di luar biaya royalti dan komisi. Untuk KPC, biaya produksi batu bara di tambang tersebut diperkirakan sekitar US$ 48-50 per ton. Di sisi lain, biaya produksi batu bara di Arutmin di perkirakan sekitar US$ 35-37 per ton.
Sebelumnya, disebutkan minimnya kegiatan impor batu bara oleh China belakangan ini turut menjadi penyebab harga batu bara cenderung stagnan di pasar global. Impor batu bara China mengalami penurunan 6% pada Maret 2025 sebagai dampak akibat tingginya stok di pelabuhan dan rendahnya permintaan domestik.
Impor batu bara China pada Maret 2025 tercatat sebesar 38,73 juta ton, lebih rendah dibandingkan pada Maret 2024 yakni sebesar 41,38 juta ton, berdasarkan data dari Administrasi Umum Kepabeanan. Hasil ini merupakan penurunan impor batu bara secara tahunan pertama di China untuk periode bulanan sejak Maret 2022, di luar periode Januari-Februari yang perbandingan tahunannya terpapar oleh faktor libur Tahun Baru Imlek.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jelang Pengumuman BI Rate, IHSG Naik 1% Lebih
Next Article Hingga Kuartal III-2024, BUMI Cetak Laba Bersih US$ 122,86 Juta