Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga tembaga kini mulai menunjukkan pemulihan usai penurunan tajam usai penurunan tajam pada awal April 2025. Harga tembaga naik karena para pelaku pasar menyambut baik penangguhan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta harapan meredanya ketegangan AS dan China.
Harga tembaga mulai mengalami kenaikan sejak 9 April 2025 setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penangguhan selama tiga bulan atau sekitar 90 hari terhadap seluruh tarif impor tinggi yang diberlakukan kepada sejumlah negara.
Selain itu, Trump juga memberikan pengecualian terhadap tarif yang dikenakannya pada beberapa produk, yang mengangkat sentimen pasar. Harga melonjak hari ini setelah AS mulai mengendurkan serangan ke China.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan kepada investor bahwa akan ada penurunan eskalasi dalam perang dagang dengan China.
"Tidak ada yang berpikir status quo saat ini bisa terus berlanjut," katanya dalam pertemuan dengan investor yang diselenggarakan oleh JPMorgan Chase, menurut sumber yang hadir, dikutip dari CNBC International.
Harga tembaga di bursa metal London naik ke level tertinggi dalam hampir tiga minggu pada hari ini Rabu (23/4/2025)). Namun, penguatan dolar AS membatasi kenaikan harga yang lebih tajam.
Harga tembaga acuan tiga bulan di London Metal Exchange (LME), CMCU3, naik 0,4% menjadi US$9.409,5 per metrik ton. Harga sempat menyentuh US$9.481,5 per metrik ton, level tertinggi sejak 3 April.
Sementara itu, kontrak tembaga paling aktif di Shanghai Futures Exchange (SHFE) naik 1,07% menjadi 77.770 yuan ($10.651,24) per metrik ton.
"Komentar dari Trump yang menyarankan pengurangan tarif terhadap China memberi ruang bagi meredanya ketegangan di bidang perdagangan," ujar analis dari ING, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, dolar AS menguat tajam dan kemudian stabil setelah Trump mundur dari ancaman untuk memecat Ketua Federal Reserve serta meningkatnya optimisme terkait kesepakatan dagang. Penguatan dolar membuat komoditas yang dihargai dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
"Pada akhirnya, pemulihan berkelanjutan pada aset berisiko serta dolar AS sangat bergantung pada tercapainya kesepakatan antara AS dan mitra dagang utamanya-terutama China-dan pelunakan besar-besaran terhadap kebijakan perdagangan," kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com.
Trump menghentikan pungutan impor pada sejumlah barang elektronik konsumen termasuk smartphone dan memory chips pada Jumat malam (11/4/2025). Namun, pada hari Minggu (13/4/2025), ia berjanji untuk menerapkan tarif yang berbeda dan spesifik pada telepon, komputer, dan barang elektronik konsumen populer lainnya.
Data perdagangan Maret China, yang dirilis hari Senin, menunjukkan bahwa eksportir logam melakukan pengiriman lebih awal untuk mengantisipasi memburuknya ketegangan perdagangan dalam sebulan terakhir sebelum tarif AS berlaku.
Ekspor baja naik 5,7% ke level tertinggi dalam lima bulan, sementara aluminium tetap stabil meskipun rabat pajak ekspor China ditarik pada bulan Desember. Sementara itu, impor bijih besi turun 6,7%. Pembelian tembaga mentah juga merosot setelah kargo dialihkan untuk mendapatkan keuntungan dari harga yang lebih tinggi di AS.
Dimana diketahui, tembaga bisa menjadi bagian dari bahan baja dan besi.
Kenaikan harga tembaga dalam dua pekan terakhir yang mencapai 21%, mendorong kenaikan saham-saham tembaga Tanah Air.
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang juga memiliki lini bisnis tembaga mengalami lonjakan paling tinggi dalam sepekan dengan mencapai 12,37%. Selanjutnya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) melesat hingga 12,35%. Adapula, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 7,53%.
Selain itu, PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce (SCCO) naik tipis 1,27%. Sementara itu, PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) masih stagnan dalam sepekan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)