- Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam akhir pekan lalu, IHSG rekor sementara rupiah tertean
- Wall Street kompak melemah di tengah kekhawatiran memanasnya perang dagang China-As
- Memanasnya perang dagang dan data ekonomi akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Menutup pekan kedua Oktober 2025, pasar saham domestik kembali menunjukkan daya tahan di tengah tekanan global pada Jumat (10/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan reli dan mencatat rekor harga penutupan tertinggi baru, sementara rupiah justru masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan volatil hari ini seiring kabar buruk dari AS. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca di halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis 0,08% atau naik 6,92 poin ke level 8.257,86 pada perdagangan Jumat (10/10/2025). Meski sempat volatil, indeks berhasil membukukan rekor harga penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
Sebanyak 338 saham naik, 331 saham turun, dan 133 tidak bergerak. Nilai transaksi tetap tinggi mencapai Rp 24,06 triliun, dengan volume perdagangan 47,76 miliar saham dalam 2,45 juta transaksi.
Berbeda dengan IHSG, rupiah justru masih belum mampu bangkit. Mata uang Garuda ditutup melemah tipis 0,03% ke Rp16.545/US$ pada akhir perdagangan Jumat (10/10/2025), berdasarkan data Refinitiv.
Secara mingguan, rupiah turun 0,09%, menandai pelemahan beruntun dalam dua pekan terakhir.
Pelemahan ini terjadi meski indeks dolar AS (DXY) justru terkoreksi 0,20% ke level 99,336. Pasar menilai tekanan pada rupiah lebih disebabkan oleh faktor fundamental, termasuk persepsi risiko fiskal dan sentimen kehati-hatian investor terhadap arah kebijakan moneter global.
Gubernur The Fed Michael Barr menegaskan bahwa bank sentral AS akan tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga karena risiko inflasi masih tinggi, terutama akibat kebijakan tarif impor.
Sikap hawkish ini mendorong kenaikan yield obligasi AS dan memperkuat permintaan terhadap dolar, sehingga menekan mata uang emerging markets termasuk rupiah.
Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN tenor 10 tahun melandai ke 6,14% pada perdagangan jumat pekan lalu, dari 6,29% pada perdagangan sebelumnya. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN tengah menguat karena diburu investor.
Pages