Hasil Skrining 62 Juta Peserta JKN: Terbanyak Hipertensi 18 Juta Jiwa

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - BPJS Kesehatan telah melakukan skrining riwayat kesehatan terhadap 61,8 juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 8 November 2025. Jumlah ini telah melampaui target tahun ini, sebesar 55 juta peserta JKN.

Hal ini dipaparkan oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron dalam Rapat Panja JKN dengan Komisi IX, Kamis (13/11/2025). Skrining riwayat kesehatan ini dilakukan untuk mengecek potensi 14 penyakit a.l. diabetes, TBC, hipertensi/stroke, kanker payudara, kanker usus, kanker paru dan lainnya.

"Skrining riwayat kesehatan, yang sampai 8 November 2025, ini gratis ya dan bisa cek setiap satu tahun, paling tidak 61,8 juta peserta," kata Ali Ghufron di DPR.

Dari data tersebut, peserta yang berisiko penyakit mencapai 27,7 juta jiwa atau 44,9% dan berisiko tetapi sudah ditangani mencapai 10,6 juta atau 38,5%. Sisanya merupakan yang tidak berisiko.

Dari 14 jenis penyakit yang diperiksa, ternyata peserta yang memiliki risiko hipertensi/stroke mencapai 18,2 juta jiwa dan diabetes mencapai 13,7 juta jiwa. Kedua risiko penyakit ini menjadi yang terbesar dalam temuan skrining hingga November 2025. Setelahnya, ada kanker serviks 11,5 juta jiwa dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 2,7 juta jiwa.

Sebagai catatan, skrining riwayat kesehatan adalah pengisian pertanyaan tentang riwayat kesehatan diri sendiri, keluarga dan pola konsumsi makanan yang ada di fitur/menu skrining kesehatan di aplikasi atau website BPJS Kesehatan.

Menu ini wajib diisi semua peserta usia 15 tahun ke atas untuk mengakses layanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mulai 2025. Skrining ini dilakukan setahun sekali melalui link webskrining.bpjs-kesehatan.go.id atau aplikasi Mobile JKN. Jika belum melakukan skrining, akan muncul notifikasi di fasilitas kesehatan.

Skrining adalah langkah awal untuk mendeteksi risiko penyakit di masa depan seperti diabetes, hipertensi, gagal jantung, stroke dan lainnya. Dengan mengetahui risiko, peserta dapat melakukan pencegahan sehingga potensi penyakit dapat diminimalkan.