Heboh Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Trenggono Khawatirkan Ini

10 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena air hujan yang mengandung mikroplastik kini menjadi perhatian serius pemerintah. Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono menyebut temuan tersebut bukan hanya menjadi masalah lokal, tetapi juga menjadi kekhawatiran global terkait pencemaran plastik yang semakin meluas hingga ke atmosfer dan laut.

"Yang menjadi kekhawatiran dunia adalah soal pembersihan sampah plastik kita. BRIN beberapa waktu yang lalu pernah menyampaikan air hujan Indonesia sudah mengandung mikroplastik," ujar Trenggono dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia menjelaskan, keberadaan mikroplastik dalam air hujan merupakan bukti bahwa sampah plastik yang tidak tertangani dengan baik telah menyebar ke seluruh ekosistem, mulai dari daratan hingga laut.

"Jadi artinya plastik ini kalau dia larut ke laut, dari daerah laut larut ke laut, dia akan menjadi mikroplastik dimakan oleh ikan, dan kemudian berbahaya buat manusia. Itu salah satu yang menjadi kekhawatiran kita," katanya.

Pernyataan Trenggono memperkuat hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengungkap air hujan di Jakarta telah terkontaminasi partikel mikroplastik. Dalam penelitian yang dilakukan sejak 2022, peneliti BRIN menemukan adanya mikroplastik pada setiap sampel air hujan yang dikumpulkan dari wilayah ibu kota.

Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan berasal dari serat sintetis pakaian, debu ban kendaraan, sisa pembakaran sampah plastik, hingga degradasi plastik di ruang terbuka. Menurutnya, rata-rata terdapat sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel air hujan di kawasan pesisir Jakarta.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," jelas Reza dalam keterangan tertulisnya.

Ia juga menuturkan, partikel-partikel ini dapat terangkat ke atmosfer melalui debu jalanan dan asap pembakaran, lalu terbawa angin dan turun kembali ke bumi bersama air hujan, sebuah proses yang disebut atmospheric microplastic deposition.

"Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan," ujarnya.

Mikroplastik berukuran sangat kecil dan dapat mengandung bahan kimia berbahaya seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat, yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan hewan laut.

Reza mengingatkan, partikel plastik tersebut dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

"Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain," tegasnya.


(Martyasari Rizky/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Menyedihkan! Sampah Laut Numpuk Terus Sampai 20 Juta Ton/ Tahun

Read Entire Article
| | | |