Heboh Preman Ormas Ganggu Pabrik BYD, Bos Pengusaha Buka Suara

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani angkat suara perihal aksi 'premanisme' dalam hal ini Ormas yang mengganggu proyek pabrik mobil listrik asal China yakni BYD di Kawasan Industri Subang.

Shinta mengungkapkan bahwa sejatinya aksi premanisme di Indonesia terhadap proyek investasi bukanlah hal baru. Dia mengatakan hal itu pun sudah menjadi perhatian pemerintah untuk bisa mengatasi permasalahan yang membuat investor resah.

"Karena kita juga lihat di banyak tempat sudah ini masalah premanisme bukan masalah baru gitu. Tapi kita butuh satu perhatian karena kalau investor itu perlu iklim usaha yang kondusif, iklim investasi yang kondusif," jelasnya saat ditemui di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Adapun, dia menilai keamanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sebuah proyek investasi dalam negeri. "Jadi kami sudah menyampaikan kepada pemerintah dan kami minta pemerintah untuk bantu dari segi situasi ini, dari segi keamanannya karena ini akan bisa mengganggu investor di Indonesia gitu. Jadi ini sekali lagi bukan masalah baru tapi ini sudah menjadi perhatian pemerintah," tambahnya.

Dengan begitu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk bisa mengatasi permasalahan premanisme yang terjadi di Tanah Air.

Di lain sisi, Deputi Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan mengungkapkan, pihaknya akan segera meminta keterangan dari pihak BYD perihal gangguan tersebut.

"Saya insya Allah hari ini akan coba minta kawan-kawan dari BYD bagaimana situasinya karena kita harus tanya pada BYD-nya langsung, bukan berarti bahwa berita yang ada itu tidak benar 100%, tapi detailnya kita harus tahu," jelas Rabu di kantornya, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Kendati demikian, dia menilai aksi premanisme hingga pungutan liar terhadap investor yang hendak menjalankan proyeknya di Indonesia merupakan hal yang bisa membuat ketidaknyamanan investor. Padahal pemerintah sendiri sudah susah payah dalam menggaet investor untuk masuk ke dalam negeri.

"Jadi ini butuh pengertian dari banyak pihak bahwa sebenarnya ketika kita berada dalam situasi sekarang, menarik investasi tidak mudah, semua negara makin protektif, bahkan Amerika yang negara sekaya itu dan semakmur itu dan juga punya teknologi yang bagus, masih punya proteksionisme yang luar biasa hanya dalam mereka menarik investasi masuk ke dalam negaranya," imbuhnya.

"Jadi mereka-mereka yang memberi kontribusi terhadap mahalnya biaya ekonomi dan biaya investasi di Indonesia, harus berpikir bahwa mereka memberikan kontribusi dan dosa yang luar biasa bagi kawan-kawan yang mencari pekerjaan," tandasnya.

Asal tahu saja, investasi pabrik mobil. BYD di Subang mencapai belasan triliun rupiah atau bernilai US$1 miliar. Presiden Direktur BYD Motor Indonesia Eagle Zhao mengungkapkan bahwa dalam rentang 1 tahun ke depan pembangunan pabrik rampung.

"Setiap progres pembangunan pabrik kami berjalan lancar dan sesuai jadwal. Kami akan tetap berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan pada akhir 2025," kata Zhao dalam media gathering BYD.

Pabrik yang sedang dibangun berlokasi di kawasan industri Subang, Jawa Barat. Kapasitas produksinya mencapai 150.000 unit kendaraan listrik (EV) per tahun. Perusahaan bakal menjadikan Indonesia untuk fokus pada pasar ekspor.

"Awal tahun ini kunjungan BKPM yang merupakan window investasi kami dan mereka cukup puas dan melihat progresnya sesuai, kami juga menerima Pak Rosan Menteri BKPM di headquarter BYD, jadi kami terus memenuhi agar BYD dapat comply dengan policy yang ada," ujar Presiden Direktur BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Selain Ormas, Pengusaha Kian Boncos Diserang Bajing Lonjat

Next Article Premanisme Ormas Dianggap Ganggu Investasi, Rosan Buka Suara

Read Entire Article
| | | |