IHSG Dibuka di Zona Hijau Hari ini, Naik 0,19% ke 6.450

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 12 poin atau 0,19% ke level 6.450,31 pada pembukaan perdagangan Senin (21/4/2025).

Sebanyak 187 saham naik, 60 saham turun, dan 310 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 117,18 miliar yang melibatkan 190,22 juta saham dalam 19.544 kali transaksi.

Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan kenaikan terbesar dicatatkan oleh sektor barang baku.

Perdagangan pasar keuangan pada hari ini masih akan diwarnai sejumlah sentimen baik dari dalam dan luar negeri.

Dari dalam negeri data neraca dagang yang berakhir bulan lalu akan dicermati, termasuk kinerja ekspor dan impor.

Sementara dari luar negeri, tarif trump masih membayangi prospek perdagangan dan pasar menanti efek dari hasil negosiasi yang sudah dilakukan pekan lalu.

Selain hari ini, sejumlah sentimen penting pekan ini juga akan menjadi perhatian investor, terutama keputusan BI terkait suku bunga.

Akhir pekan lalu, Pemerintah Indonesia memulai langkah diplomasi cepat menyusul kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS).

Lewat pertemuan langsung dengan US Trade Representative (USTR) dan Department of Commerce di Washington, Indonesia berhasil menyampaikan sejumlah poin penting dalam negosiasi dagang bilateral.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, negosiasi berlangsung hangat dan konstruktif. Kedua negara telah menyepakati format kerja sama yang akan dibahas tuntas dalam waktu 60 hari ke depan.

Berikut 10 poin hasil awal negosiasi tarif dagang RI-AS, sebagaimana konferensi dari daring yang disampaikan pemerintah langsung dari AS Kamis waktu setempat atau Jumat (18/4/2025) waktu RI:

1. Komitmen Indonesia Meningkatkan Impor Energi dari AS

2. Peningkatan Impor Produk Agrikultur AS

3. Fasilitasi Investasi Perusahaan AS di RI

4. Kerja Sama Strategis Mineral Kritis (Critical Minerals)

5. Kemitraan SDM dan Ekonomi Digital

6. Evaluasi Tarif Produk Ekspor RI yang Terlalu Tinggi

7. Kesepakatan Menyusun Kerangka Kerja Sama dalam 60 Hari

8. Relaksasi TKDN Dibahas

9. Pemerintah Siapkan Paket Deregulasi

10. Dorong Diversifikasi Pasar Ekspor

Selain hal-hal itu, AS menyoroti penggunaan sistem pembayaran Indonesia, seperti Quick Responese Indonesian Standard (QRIS) dan Gerbang Pembayaran Nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah telah berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait masukan dari pihak AS.

"Kami sudah berkoordinasi dengan OJK dan BI, terutama terkait dengan payment yang diminta oleh pihak Amerika," ujar Airlangga dalam konferensi pers secara daring, dikutip Minggu (20/4/2025).

Penggunaan QRIS dan GPN ini hanya dikhususkan secara domestik yang membebaskan biaya administrasi. Hal ini cukup menjadi sorotan dan potensi menuai kontroversi karena GPN diprediksi menekan laba Mastercard dan Visa. Terutama dari fee kartu kredit yang keuntungannya besar Indonesia.

Sebelum ada GPN, Visa dan Mastercard bisa langsung memproses transaksi nasabah Indonesia tetapi di Singapura.

Lalu, pada siang hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan kinerja neraca dagang untuk periode Maret 2025.

Neraca perdagangan diproyeksikan masih mencatat surplus pada Maret 2025. Surplus diperkirakan akan lebih rendah sejalan dengan melemahnya harga batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 akan mencapai US$2,63 miliar dengan median ekspor sebesar terkontraksi 3,41% (year on year/yoy) dan impor tumbuh 6,48% yoy.

Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 59 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Februari 2025 yang mencapai US$3,12 miliar. Ekspor pada Februari mencapai US$ 21,97 milar atau naik 14,05% (yoy). Sementara itu, impor menyentuh US$ 18,86 miliar atau naik 2,3% (yoy).

Kemudian, pada hari Senin (21/4/2025), Bank Sentral China atau PBoC akan mengumumkan kebijakan suku bunga negaranya. Di tengah memanasnya perang dagang dengan AS, rapat PBoC bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena pasar global menunggu antisipasi bank sentral China dalam meredam dampak tarif Trump.

China diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya tidak berubah pada periode April 2025 menurut survei Reuter. Akan tetapi pasar bertaruh pada lebih banyak stimulus yang akan segera diluncurkan dalam menghadapi perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) yang meningkat.

Para pembuat kebijakan harus berjalan di atas tali yang ketat karena yuan telah berada di bawah tekanan setelah serangan tarif Presiden AS Donald Trump, sementara margin bunga yang menyusut pada pemberi pinjaman terus membatasi ruang lingkup pelonggaran moneter.

Suku bunga pinjaman utama (LPR), yang biasanya dibebankan kepada klien terbaik bank, dihitung setiap bulan setelah 20 bank komersial yang ditunjuk mengajukan usulan suku bunga kepada Bank Rakyat China (PBOC).

Dalam survei Reuters terhadap 31 pengamat pasar yang dilakukan minggu ini, 27, atau 87% dari semua responden memperkirakan LPR satu tahun dan lima tahun akan tetap stabil, sementara empat peserta lainnya memproyeksikan penurunan 10 hingga 15 basis poin pada suku bunga lima tahun.

Sebagian besar pinjaman baru dan yang beredar di China didasarkan pada LPR satu tahun, sementara suku bunga lima tahun memengaruhi harga hipotek.

Diketahui China terakhir kali memangkas suku bunga kebijakannya pada bulan September dan LPR acuan pada bulan Oktober.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Kirim Tim Negosiasi ke AS, IHSG Melejit Lebih Dari 1%

Next Article IHSG Dibuka Merah Menyala, Kembali Merosot ke Level 7.100

Read Entire Article
| | | |