IHSG Ditutup Turun 0,11% Hari ini, Pangkas Koreksi di Menit Akhir

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memangkas koreksi jelang akhir penutupan perdagangan hari ini, Rabu (11/6/2025).

IHSG pada sesi I sempat turun 0,43% atau 30,86 poin. Pada akhir sesi hari ini, IHSG menutup perdagangan dengan penurunan 8,29 poin atau 0,11% ke level 7.222,46. 

Sebanyak 336 saham naik, 256 turun, dan 214 tidak bergerak. Nilai transaksi hari ini terbilang ramai atau Rp 18,31 triliun yang melibatkan 31,4 miliar saham dalam 1,44 juta kali transaksi. 

Mengutip Refinitiv, dua saham BUMN menjadi pemberat utama IHSG hari ini, yaitu TLKM dan BBRI. TLKM menyumbang -12,55 indeks poin terhadap penurunan IHSG dan BBRI -12,23 indeks poin. 

Selain kedua saham tersebut, sejumlah saham konglomerat Prajogo Pangestu juga menarik IHSG ke bawah. TPIA berkontribusi -6,2 indeks poin, BREN -5,7 indeks poin, dan CUAN -3,92 indeks poin.

IHSG terperosok ke zona merah hari ini setelah Bank Dunia secara tajam memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global karena ketidakpastian perdagangan sebagai faktor utama.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,7%.

"Ini akan menjadi tingkat pertumbuhan global paling lambat sejak 2008, kecuali pada masa resesi global secara menyeluruh," kata Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects.

Ketidakpastian perdagangan disebut sangat membebani prospek ekonomi global, menurut Bank Dunia.

"Perselisihan internasional terutama soal perdagangan telah mengguncang banyak kepastian kebijakan yang sebelumnya membantu mengurangi kemiskinan ekstrem dan memperluas kemakmuran setelah Perang Dunia II berakhir," kata Indermit Gill, Wakil Presiden Senior dan Kepala Ekonom Bank Dunia, dalam laporan tersebut.

Dalam perkembangan lain, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025 sebesar 0,9 poin persentase menjadi 1,4%, dan memangkas perkiraan pertumbuhan PDB kawasan euro sebesar 0,3 poin persentase menjadi 0,7%.

Bank Dunia mencatat bahwa jika ketegangan perdagangan meningkat, pertumbuhan bisa lebih lambat lagi. Namun, prospek bisa membaik jika negara-negara utama berhasil mencapai kesepakatan perdagangan jangka panjang.

"Analisis kami menunjukkan bahwa jika sengketa perdagangan saat ini diselesaikan dengan perjanjian yang memangkas tarif hingga setengah dari levelnya pada akhir Mei 2025, pertumbuhan global bisa meningkat sekitar 0,2 poin persentase rata-rata selama tahun 2025 dan 2026," jelas Gill.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) menganggap dokumen negosiasi tarif Indonesia sudah sesuai dengan kemauan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ini membuat rencana negosiasi tarif resiprokal dengan AS untuk putaran kedua tak jadi dibutuhkan. Rencananya, negosiasi tarif putaran kedua dijadwalkan pemerintah AS dengan Indonesia pada pekan ini. Namun, jadwal itu tak jadi dilanjutkan.

Salah satu poin negosiasi yang disampaikan Indonesia saat itu ialah Indonesia penawaran konkret untuk meningkatkan pembelian dan impor Indonesia dari AS untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS, antara lain pembelian produk energi (crude oil, LPG dan gasoline) serta peningkatan impor produk pertanian dari AS (soybeans, soybeans meal dan wheat) yang memang sangat dibutuhkan dan tidak diproduksi di Indonesia.

Airlangga saat itu juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk kerja sama di bidang critical minerals, dukungan investasi AS dan juga komitmen untuk menyelesaikan permasalahan Non-Tariff Barrier (NTB) yang menjadi concern pihak pengusaha AS di Indonesia.

Dengan mengikuti kemauan pemerintahan Trump, Indonesia berusaha menjaga hubungan baik dengan AS, yang dapat berdampak positif pada kerja sama ekonomi dan investasi.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat

Next Article IHSG Kembali Loyo, Dibuka Ambruk 1%

Read Entire Article
| | | |