IHSG Sesi I Turun 2,65%, Saham Prajogo Pangestu Merana

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi I dengan penurunan 2,65% atau 218,79 poin ke level 8.052,93. 

Sebanyak 520 saham turun, 172 saham naik, dan 264 saham tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 15,86 triliun, melibatkan 20,2 miliar saham dalam 1,72 juta kali transaksi.

Sepanjang sesi I, indeks bergerak pada rentang 7.959,17–8.354,67. Kapitalisasi pasar merosot menjadi Rp 14.708 triliun setelah sebelumnya sempat mencapai lebih dari Rp 15.000 triliun. 

Indeks mendadak ambruk hari ini disebabkan oleh koreksi tajam di sejumlah saham konglomerat, khususnya emiten milik Prajogo Pangestu dan Hapsoro. 

Secara total, saham Prajogo menyeret IHSG turun lebih dari 84,8 indeks poin. Penurunan terbesar terjadi di saham Barito Renewables Energy (BREN) yang kembali bertengger di level 8.000, setelah sebelumnya berada di level 9.000 lebih. 

Secara individu, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menjadi saham dengan bobot indeks terbesar. DSSA yang turun 13,42% menyumbang -52,64 indeks poin. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan bahwa saham Prajogo ambruk seiring dengan muncul isu perubahan perhitungan MSCI dan kabarnya akan membuat saham Prajogo terdepak.

"Tapi ya itu issue, real dari MSCI belum keluar, tapi effectnya investor panic selling duluan," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/10/2025).

Managing Director Solstice Handiman menjelaskan bahwa selama ini, saham yang dimiliki oleh korporasi dan lain-lain diluar pemegang saham mayoritas/pengendali) bisa dihitung sebagai free float oleh MSCI.

Akan tetapi dalam aturan baru yang beredar, hal itu akan dianggap sebagai non-free float. "Hal ini kemungkinan akan berdampak terhadap terpenuhinya minimum free float-adjusted market cap untuk masuk ke dalam index MSCI," katanya. 

Handiman menilai aturan tersebut sebenarnya lebih fair. Pasalnya MSCI mendefinisikan free float sebagai proporsi saham yang tersedia untuk dibeli oleh investor di pasar ekuitas. "Namun cukup banyak saham di bursa yang dimiliki oleh pihak tertentu, misalnya pendiri dan pihak berelasi, private equity, cross-holding dalam satu konglomerasi, yang tujuannya strategis, di mana saham ini tidak diperdagangkan di pasar," katanya. 

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Inarno Djajadi menilai penurunan tersebut terbilang wajar karena dalam beberapa waktu terakhir IHSG bergerak naik bahkan menyentuh rekor tertinggi.

"Kalau indeks (turun) ya bagus lah jangan naik terus. Memang harus naik dan turun ya. Wajar dong," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/10).


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Sesi I Naik 0,8%, Sambut Saham Prajogo Masuk MSCI

Read Entire Article
| | | |