Ini 4 Syarat Agar Harga Emas Terbang Pekan Ini, Sanggupkah?

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali menguat usai ambruk pada Jumat pekan lalu. Harga emas pekan ini akan dipengaruhi oleh empat faktor penting. Di antaranya adalah perkembangan pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, perang Rusia-Ukraina, proyeksi kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), hingga data inflasi AS.

Pada perdagangan Senin (9/6/2025), harga emas dunia naik 0,46% di level US$3.324,93 per troy ons. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah harga emas ambruk 1,3% pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (6/6/2025).

Pada perdagangan hari ini Selasa (10/6/2025) hingga pukul 06.00 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,01% di posisi US$3.324,47 per troy ons.

Harga emas bergerak naik pada perdagangan Senin, didukung oleh dolar AS yang lebih lemah, karena para pelaku pasar terus mencermati pembicaraan dagang AS dengan China yang sedang berlangsung. Penguatan harga emas juga ditopang oleh pelemahan indeks dolar AS.

Pada perdagangan Senin (9/6/2025), indeks dolar AS melemah 0,25% di level 98,94. Dolar yang melemah membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga Emas Pekan Ini
Harga emas pekan ini akan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor mulai dari pembicaraan dagang AS-China, inflasi AS, perang Rusia-Ukraina hingga proyeksi pasar akan kebijakan The Fed.

Pejabat senior AS dan China bertemu di London untuk membahas tarif balasan yang dikenakan pada produk masing-masing tahun ini, bersama dengan pembatasan perdagangan lainnya.

Bulan lalu, kedua belah pihak telah sepakat untuk jeda sementara, yang memberikan sedikit kelegaan bagi para investor. Perdamaian keduanya akan menekan emas karena mengurangi risiko dari ketidakpastian. Sebaliknya, jika perundingan alot apalagi buntu maka harga emas bisa terbang karena gejolak ekonomi akan meningkat.

"Dalam jangka pendek, jika ada hasil positif dari pertemuan tersebut, itu bisa sedikit negatif untuk emas, tetapi tidak terlalu banyak," ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, kepada Reuters.

Selain kesepakatan dagang AS-China, Melek menambahkan harga emas ke depan akan sangat bergantung pada keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). 

"Saya pikir ekonomi yang lebih lemah, kemungkinan penurunan suku bunga, dan momentum yang lebih rendah di sisi selera risiko membuat orang beralih ke emas. Dan, tentu saja ekspektasi inflasi yang lebih tinggi," tambah Melek.

Konflik di Rusia-Ukraina juga masih akan menjadi penentu emas ke depan. Jika konflik memanas maka emas memiliki tenaga baru untuk terbang pekan ini.

Di tempat lain, Rusia mengatakan pasukannya telah menguasai lebih banyak wilayah di wilayah timur-tengah Ukraina di Dnipropetrovsk, tempat Kremlin mengatakan pertempuran sebagian ditujukan untuk menciptakan zona penyangga.

Emas sebagai aset safe haven menjadi lebih menarik selama periode ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Emas juga cenderung berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah karena merupakan aset yang tidak menghasilkan.

Faktor lainnya adalah data inflasi AS pada Jumat pekan ini. 

Investor  menunggu data Indeks Harga Konsumen AS yang akan dirilis pada  Jumat, untuk mengukur kesehatan ekonomi negara tersebut dan memprediksi lintasan penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Data akhir pekan menunjukkan bahwa bank sentral China menambahkan emas ke cadangannya pada bulan Mei untuk bulan ketujuh berturut-turut.

Jika inflasi melandai maka emas akan memiliki tenaga lebih untuk menguat karena The Fed kemungkinan mempercepat pemangkasan suku bunga yang pada akhirnya berdampak positif ke emas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
| | | |