Outflow Kencang! Investor Asing Bawa Kabur Rp36 Triliun dari RI

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing masih mencatat jual bersih dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Aksi outflow tersebut merupakan yang terbesar khususnya didominasi oleh jual bersih pada pasar saham.

Bank Indonesia merilis data transaksi 14-16 April 2025 yang secara agregat investor asing tercatat jual neto sebesar Rp11,96 triliun, terdiri dari jual neto Rp13,01 triliun di pasar saham, beli neto Rp3,28 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto Rp2,24 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Dalam dua pekan, asing sudah menjual aset senilai Rp 36 triliun di Indonesia.

Selama 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 April 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp36,86 triliun di pasar saham, beli neto Rp9,63 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp7,94 triliun di SRBI.

Sepanjang pekan lalu, investor asing terus melakukan aksi jual bersih khususnya di pasar saham akibat ketidakpastian global dalam hal perang dagang yang masih terus terjadi belakangan ini.

Perang dagang semakin memanas setelah Amerika Serikat (AS) mengancam akan mengenakan tarif hingga 245% kepada China. Namun, China diperkirakan tidak akan gentar menghadapi ancaman tersebut.

Gedung Putih mengatakan pengenaan tarif hingga 245% merupakan aksi balas ke China yang mengerek tarif produk AS sebesar 125%.

"China kini menghadapi tarif hingga 245% atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan pembalasannya," tulis pernyataan Gedung Putih. Selasa (15/4/2025) waktu setempat.

China belum membalas lagi kenaikan tarif ini. Sebelumnya, kedua negara saling balas perang tarif selama berhari-hari.

Kendati belum membalas serangan terbaru dari Presiden AS Donald Trump, China mengaku tidak takut.

Dikutip dari China Daily, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian mengatakan Beijing tak gentar.

"Silakan bawa angka itu ke pihak AS untuk dijawab. Tiongkok tidak ingin berperang (perang dagang), tapi juga tidak takut untuk melawan," ujarnya saat ditanya dalam konferensi pers tentang respons China atas kebijakan AS.

Capital Outflow dari Indonesia

Perang dagang antara AS dan China memiliki dampak signifikan terhadap capital outflow dari Indonesia. Ketidakpastian global yang diakibatkan oleh perang dagang ini sering kali membuat investor asing menarik dana mereka dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk mencari aset yang lebih aman, dalam hal ini adalah emas.

Hal ini menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah, yang melemah akibat aliran modal keluar tersebut. Selain itu, ketidakpastian ini juga memengaruhi pasar modal Indonesia, dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu dampaknya.

Sedangkan harga emas dunia disaat yang bersamaan melambung tinggi bahkan mencetak all time high (ATH) di level US$3.343/troy ons pada 16 April 2025.

Emas dianggap sebagai safe haven asset karena sifatnya yang stabil dan tahan terhadap gejolak ekonomi. Berikut beberapa alasan utama:

  1. Nilai yang Konsisten: Emas tidak terpengaruh oleh inflasi seperti mata uang fiat. Nilainya cenderung bertahan bahkan saat ekonomi sedang tidak stabil
  2. Volatilitas Rendah: Dibandingkan dengan aset lain seperti saham, emas memiliki volatilitas yang lebih rendah sehingga menjadi pilihan yang aman bagi investor
  3. Permintaan Tinggi Saat Krisis: Ketika terjadi ketidakpastian global, banyak investor beralih ke emas, yang meningkatkan permintaan dan harga emas
  4. Store of Value: Emas dianggap sebagai alat penyimpanan nilai yang dapat melindungi kekayaan dari risiko ekonomi jangka panjang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
| | | |