Pasar dan Investor Menunggu Gebrakan Baru Purbaya, Pengganti Sri Mulyani

5 days ago 6
  • Pasar keuangan RI kemarin bergerak mixed, IHSG turun dalam tersengat efek reshuffle kabiner, sementara rupiah menguat kencang terhadap dolar AS.

  • Wall Street Melanjutkan pesta pada perdagangan kemarin, Nasdaq mencetak rekor

  • Sentimen pasar hari ini nampaknya masih akan dipengaruhi efek reshuffle Kabinet Merah Putih

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan kemarin Senin (8/9/2025) bergerak beragam, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi kompak dalam zona koreksi, tetapi rupiah justru menguat kencang terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan diperkirakan akan volatile hari ini setelah reshuffle kabinet. Sentimen selengkapnya yang akan mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa hari ini (9/9/2025), silahkan dibaca di halaman tiga artikel ini.

Membahas soal IHSG lebih dulu, pada kemarin ditutup koreksi tajam sampai 1,28% ke posisi 7.766,84. Penurunan kencang indeks pasar saham RI ini terjadi sekitar 30 menit jelang penutupan karena efek antisipasi reshuffle kabinet Merah Putih.

Padahal sebelumnya sejak pembukaan sampai kisaran pukul 15.00 WIB kemarin, IHSG masih bertengger di zona positif di atas level 7900.

Nilai transaksi yang terjadi kemarin di IHSG bisa dibilang ramai mencapai Rp20,20 triliun, melibatkan 36,68 miliar lembar saham yang berputar 2,23 juta kali. Adapun 232 saham menguat, 451 saham melemah, dan sisanya 121 saham stagnan. Market cap pasar saham RI bertengger di Rp14,08 triliun. I

Asing terpantau masih melakukan aksi jual sebanyak Rp525,94 miliar pada kemarin.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diguyur asing paling banyak hingga Rp1,24 triliun, diikuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dijual asing sebanyak Rp347,7 miliar, lalu saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp121,8 miliar, dan saham telekomunikasi yang masih ada related dengan Hashim Djojohadikusumo PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI) sebanyak Rp43,88 miliar.

Di sisi lain, dari pergerakan pasar nilai tukar, rupiah justru menguat kencang terhadap dolar AS kemarin.

Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda mengakhiri posisi di Rp16.300/US$, dalam sehari terapresiasi 0,70%. Penguatan harian ini bisa dibilang paling kencang setidaknya dalam tiga bulan terakhir, sekaligus menandai level terkuat sejak 26 Agustus lalu.

Penguatan rupiah dikatrol indeks dolar AS yang terpantau melemah. Pada kemarin sampai pukul 15.00 WIB, DXY terpantau turun 0,10% ke posisi 97,67, melanjutkan pelemahan sejak Jumat pekan lalu (5/9/2025) yang kontarkasi 0,59%.

Indeks dolar AS melemah terus setelah rilis data ketenagakerjaan yang mengecewakan. Non-farm payrolls (NFP) AS pada Agustus hanya bertambah 22.000, jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memproyeksikan pertambahan 75.000 tenaga kerja.

Saat ini, pelaku pasar menilai ada 12% peluang The Fed memangkas 50 bps pada pertemuan FOMC 16-17 September, naik signifikan dari sebelumnya mendekati nol.

Selain itu, probabilitas pemangkasan tambahan 25 bps pada Oktober mencapai 87%. Secara total, The Fed diperkirakan memangkas suku bunga 74 bps hingga akhir 2025, sehingga Fed Funds Rate turun ke kisaran 3,64% dari posisi saat ini 4,38%.

Beralih ke pasar surat utang, tampaknya masih dijual investor sampai kemarin, terpantau dari yield obligasi tenor 10 tahun yang naik lagi sebanyak 2 basis poin (bps) dari 6,40% menjadi 6,42% dalam sehari.

Sebagai catatan, dalam obligasi harga dan yield itu bergerak berlawanan arah, jadi kalau yield naik, artinya harga sedang turun yang menandai investor sedang banyak jualan.

Pages

Read Entire Article
| | | |