Jakarta -
Mendengkur disebabkan karena saluran pernapasan yang terhalang atau menyempit. Untuk menguranginya, keju disebut baik dikonsumsi untuk mengatasi dengkuran.
Mendengkur memang kerap terjadi saat tidur, faktanya biasa dialami oleh 3 persen anak-anak dan 32 persen orang dewasa. Menurut Mayo Clinic, mendengkur bisa menjadi masalah kronis dan dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang serius.
Beberapa cara dapat mengatasi dengkuran. Mayo Clinic menyarankan harus ada perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, menghindari konsumsi alkohol, atau tidur dengan posisi miring.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari The Sun (2/12), ada cara lain mengurangi dengkuran dengan mengonsumsi makanan. Jenis makanan yang dimaksud adalah keju.
Disebutkan bahwa orang yang secara teratur mengonsumsi produk olahan susu, termasuk keju, ditemukan memiliki risiko 28 persen lebih rendah terkena sleep apnea (penutupan tenggorokan) yang menyebabkan dengkuran parah.
konsumsi keju dapat kurangi mendengkur Foto: Getty Images/iStockphoto
Hal ini disampaikan dalam jurnal 'Sleep Medicine'. Para peneliti mengatakan bahwa mereka telah menghubungkan antara konsumsi keju yang lebih tinggi dengan kemungkinan lebih rendah untuk mengalami sleep apnea.
Padahal, para pendengkur sebelumnya telah disarankan untuk menghindari konsumsi produk susu itu sebelum tidur. Karena, diyakini dapat memperburuk masalah mendengkur dengan meningkatkan produksi lendir dan menyumbat saluran udara.
Namun, penelitian terhadap 400.000 orang Inggris oleh para ahli dari Universitas Chengdu, China ini justru menemukan 20 cara mengonsumsi keju. Termasuk jenis keju gorgonzola, cheddar, camembert, atau manchego yang dapat menurunkan risiko sleep apnea yang berkaitan dengan mendengkur,. Termasuk meningkatkan kadar testosteron dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Sementara, ada studi lain yang mengungkapkan bahwa orang yang memiliki pola makan sehat dengan mengonsumsi banyak sayuran diketahui kecil kemungkinannya mengalami sleep apnea. Dr. Yohannes Melaku dari Universitas Flinders mengatakan, "Bisa jadi pola makan nabati yang sehat mengurangi peradangan dan obesitas (faktor utama dalam risiko sleep apnea)."
Karena itu menjaga kualitas pola makan penting dalam mengelola risiko sleep apnea obstruktif.
(yms/odi)