Penjahat Incar RI Cari Tebusan, Begini Bahaya Serangan AI

1 day ago 6

CNBC Indonesia, Jakarta - Lonjakan serangan siber di Indonesia sepanjang tahun 2024 menunjukkan bahwa ancaman digital kini makin masif dan kompleks.

Hal ini disampaikan oleh Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, dalam gelaran Fortinet Accelerate Asia 2025 Indonesia Edition, Rabu (11/6/2025).

Mengacu pada laporan FortiGuard Labs, tercatat 171,5 miliar aktivitas berbahaya terdeteksi di Indonesia selama 2024. Angka ini mencakup aktivitas distribusi malware sebanyak 35,2 juta, serta aktivitas botnet yang mencapai 129 juta insiden.

Dalam laporan tersebut, ransomware tercatat menjadi ancaman paling dominan. Sepanjang 2024, sebanyak 1.060 ransomware terdeteksi di Indonesia.

Angka ini naik 108,25% dibandingkan tahun sebelumnya (509 deteksi). Jenis ransomware seperti Lockbit, REvil, Blackcat, dan lainnya mendominasi dengan teknik seperti Data Encrypted for Impact dan Account Access Removal.

"Ransomware adalah tantangan besar. Banyak yang sudah merasakan betapa repotnya kalau harus begadang karena sistem down, atau backup tidak bisa diandalkan," kata Edwin di depan para pelaku industri teknologi dan keamanan siber.

Edwin menekankan bahwa backup harian tidak menjamin keamanan data. Ia menyebut pentingnya proses verifikasi terhadap data yang dibackup.

"Jangan sampai setelah kita backup, tetap seperti itu. Jadi ransomware is probably one of the biggest challenges yang kita hadapi sekarang. Baik itu dari external attack maupun dari internal attack," tegasnya.

Edwin menjelaskan bahwa peningkatan jumlah perangkat, dari data center, endpoint, hingga IoT, membuat lingkungan digital menjadi makin kompleks. Kompleksitas ini menurutnya merupakan "ancaman baru" yang kerap tidak disadari banyak organisasi.

Dia menyebut bahwa kecerdasan buatan (AI) kini sudah menjadi medan tempur baru dalam dunia keamanan siber. AI tak hanya digunakan oleh pihak keamanan, tapi juga oleh para peretas untuk mempercepat dan memperhalus serangan.

"Jadi basically kalau kita tidak menggunakan AI juga saat ini, itu juga salah karena aktor juga menggunakan AI untuk menirukan kita.

Untuk itu, Edwin menekankan pentingnya kombinasi antara teknologi, strategi, dan sumber daya manusia yang kompeten dalam menghadapi ancaman digital yang kian dinamis.

Risiko makin kompleks

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi dan Kebijakan Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Muchtarul Huda, menekankan bahwa transformasi digital kini telah menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Namun juga membawa risiko baru yang tak kalah kompleks, seiring dengan perkembangan teknologi digital dan meningkatnya ketergantungan pada sistem informasi.

Ia menyebutkan bahwa landskap ancaman digital telah berevolusi menjadi lebih canggih, terorganisir, dan sulit dideteksi, terutama dengan kehadiran teknologi disruptif seperti AI, IoT, cloud computing, dan blockchain.

"Ancaman seperti serangan ransomware, pencurian data, serangan cyber yang terkoordinasi, hingga penyalahgunaan teknologi AI akan menjadi semakin canggih dan sulit untuk dideteksi," ujar Huda yang datang mewakili Menteri Komdigi Meutya Hafid.

Di satu sisi, AI dapat dimanfaatkan untuk memperkuat sistem pertahanan siber, mendeteksi pola serangan secara real time, mengidentifikasi celah keamanan lebih awal, hingga merespons ancaman dalam hitungan detik.

Namun di sisi lain, AI juga bisa dimanipulasi menjadi alat untuk melancarkan serangan yang lebih kompleks dan sulit dilacak.

Untuk itu, Huda menekankan pentingnya investasi dalam riset dan pengembangan teknologi ini sangat penting agar dapat mengantisipasi dan menangkal serangan siber secara efektif.

"Dari sisi pemerintah, kami Komdigi memandang bahwa keamanan siber bukan sekedar aspek teknis melainkan komponen strategis dari kedaulatan digital dan daya saing nasional," ujarnya.

Oleh karena itu, dalam rangka strategis nasional transformasi digital, keamanan siber ditempatkan sebagai core foundation bukan sebagai penghambat inovasi, tetapi justru sebagai enabler yang memungkinkan transformasi digital terjadi secara kredibel dan berkelanjutan.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Risiko Serangan Siber Berbasis AI Kian Ngeri, RI Siap Hadapi?

Next Article Modus Baru Bobol Rekening Lewat Laptop, Merek Mahal Ini Jadi Sasaran

Read Entire Article
| | | |