Perang Tarif Trump Makan Korban Baru, Raja HP Sengsara

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung Electronics, blak-blakan soal dampak tarif yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Samsung membeberkan kemungkinan permintaan yang lebih kecil untuk produk-produk konsumen seperti HP. Pengapalan HP di kuartal kedua (Q2) 2025 diprediksi akan tertekan.

Selain itu, Samsung mengatakan pihaknya mewaspadai bisnis semikonduktor yang menghadapi ketidakpastian lebih besar sepanjang 2025, dikutip dari Reuters, Rabu (30/4/2025).

Keterangan dari Samsung yang merupakan salah satu manufaktur elektronik terbesar di dunia merefleksikan ketidakpastian yang meluas secara global dari perang tarif Trump.

Produsen chip memori terbesar di dunia tersebut melaporkan profit operasional yang naik tipis di Q1 2025. Pasalnya, kekhawatiran tarif membuat pembelian HP dan komoditas chip di awal tahun makin kencang.

Samsung melaporkan profit operasional di Q1 sebesar 6,7 triliun won atau naik 1,2% secara tahun-ke-tahun (YoY). Angka itu juga sesuai dengan estimasi awal.

Saham Samsung turun 0,4% pasca laporan kinerja Q1 2025.

Tarif tinggi AS atas barang-barang China dan pembatasan ketat atas penjualan chip AI ke China yang merupakan pasar utama Samsung, mengancam akan meredam permintaan untuk beberapa komponen elektronik yang diproduksi perusahaan tersebut. Misalnya chip dan layar HP.

Tarif "timbal balik" Trump, yang sebagian besar telah ditangguhkan hingga Juli, mengancam akan menghantam puluhan negara termasuk Vietnam dan Korea Selatan, tempat Samsung HP dan layar.

Samsung mengatakan perusahaan mempertimbangkan merelokasi produksi TV dan perangkar rumah tangga sebagai respons atas tarif Trump.

Permintaan chip diprediksi akan tetap solid di Q2 2025, didorong pembelian server AI setelah penangguhan tarif, menurut Samsung. Namun, Samsung memperingatkan pembelian dalam jumlah besar di awal akan berdampak pada kinerja pengapalan chip di kuartal-kuartal berikutnya.

"Kami yakin ketidakpastian permintaan akan berkembang di semester kedua, sebagai bagian dari perubahan kebijakan tarif di beberapa negara. Selain itu, pengetatan kontrol ekspor chip AI juga akan memengaruhi kinerja selanjutnya," kata Kim Jae-june, Vice President Samsung untuk divisi memori, dalam laporan kinerja perusahaan.

CFO Samsung Park Soon-cheol mengatakan perusahaan berharap kinerja keseluruhan akan pelan-pelan meningkat di semester-II 2025, dengan asumsi ketidakpastian saat ini akan mereda.

Beberapa analis tidak yakin dengan asumsi tersebut. Mereka mengatakan Samsung tidak memperinci pedoman untuk bisnis chip AI yang berdarah-darah.

"Dengan kondisi makro yang masih tidak menentu, penjelasan terkait 'semester-I rendah, semester-II bangkit' tidak terlalu meyakinkan," kata senior analis di NH Investment & Securities, Ryu Young-ho.

Divisi perangkat mobile dan bisnis jaringan Samsung melaporkan peningkatan profit 23% di Q1 2025 menjadi 4,3 triliun won. Angka itu menunjukkan pertumbuhan tertinggi selama 4 tahun.

Hal ini didorong versi terbaru flagship Galaxy S25 dengan deretan fitur AI yang menggairahkan konsumen.

Samsung juga telah mengakselerasi produksi HP di Vietnam, India, dan Korea Selatan, menyusul kebijakan tarif Trump, menurut sumber dalam yang familiar dengan isu tersebut.

Kendati performa divisi mobile masih kuat, divisi chip mencatat profit operasional yang turun 42% menjadi 1,1 triliun won. Samsung melaporkan penurunan penjualan High Bandwidth Memory (HBM) yang digunakan pada prosesor AI, lantaran kontrol ekspor chip AI dari AS.

Analis memprediksi sepertiga pendapatan HBM Samsung berasal dari China. Untuk hal ini, Samsung berada di belakang SK Hynix yang lebih fokus menyuplai chip serupa ke Nvidia di AS.

Pada pekan lalu, SK Hynix melaporkan profit operasional Q1 2025 yang tumbuh 158% menjadi 7,4 triliun won, didorong permintaan terkait AI.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Infinix Note 50 Pro, Flagship Killer Murah Meriah, Worth it?

Next Article Nasib Raksasa Teknologi Sudah di Ujung Tanduk, Ini Buktinya

Read Entire Article
| | | |